Museum Purba Sangiran Kini Ada Juga di Medan
- VIVAlife/Bimo Wiwoho
VIVA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – melalui Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran – mendirikan Museum Manusia Purba Sangiran (The Homeland of Java Man) di atrium Mal Focal Point, Medan, Sumatera Utara. Museum ini didirikan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya pelajar, soal peradaban Manusia Purba Sangiran.
"Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, sebagai balai yang melindungi dan melestarikan peninggalan Manusia Purba di Indonesia, termasuk memberikan edukasi tentang manusia Purba, seperti yang di Sangiran, Medan," sebut Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Syukron Edi, kepada wartawan di Medan, Kamis siang, 19 Oktober 2017.
Menurut Syukron, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran ingin memperkenalkan secara luas di Indonesia terhadap peninggalan situs sejarah. Manusia Purba Sangiran sudah diakui dunia sebagai situs peninggalan sejarah di dunia. Pengakuan diberikan oleh UNESCO dengan nomor C593.
"Kita berikan pengetahuan kepada masyarakat Indonesia untuk keberadaan Manusia Purba Sangiran sebagai situs peninggal dunia di Indonesia ini," jelasnya.
Bagi Syukron, eksplorasi peradaban manusia Purba Sangiran dimulai pada 1883 oleh PEC Schemulling. Ketika aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19, Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di sini, namun tidak terlalu intensif. Kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan Trinil, Ngawi.
Wilayah penelitian meliputi 13 lapisan tanah di Jawa, sembilan di antaranya dilengkapi lampiran peta geologi, yaitu Baribis, Patiayam, Sangiran, Kaliuter Baringin, Lembah Sungai Bengawan Solo (Trinil), batas selatan dan utara Pengunungan Kendeng dan Gunung Pandan. Dibantu Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, Eugene mengumpulkan data fosil spesies yang ditemukan dalam penelitiannya.
Di Sangiran, Gustav melakukan survei di Ngebung dan menemukan jejak-jejak keberadaan manusia purba. Di areal seluas 59,21 kilometer persegi pada 1934, dia kembali menemukan artefak hasil budaya manusia. Puncaknya pada dua tahun kemudian, dia menemukan delapan individu manusia Homo Erectus. Di sinilah dunia mencatat, Situs Sangiran di Sragen dan Karanganyar ditemukan pertama kali oleh Gustav.Â
"Sampai hari ini, sudah ditemukan 120 individu manusia purba Sangiran, atau 50 persen dari populasi homo erectus di dunia," ungkap Syukron.
Perhatian Dunia
Dijelaskannya, temuan awal Gustav berupa alat dari batuan kalsedon dan jasper berukuran kecil. Ini menjadi indikasi kuat keberadaan manusia awal di Sangiran. Perkakas batu tersebut punya ukuran dan teknologi pengerjaan yang khas, Gustav menyebutnya sebagai Sangiran Flakes Industry dalam publikasi perdananya.
"Temuan ini langsung menjadi perhatian dunia. Dalam kurun waktu 1936 sampai 1941, sisa-sisa peninggalan manusia purba terus ditemukan. Sangiran menjadi salah satu situs hominid yang penting di dunia," ucap Syukron.
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran melakukan pameran di lima kota besar di Indonesia, mulai dari Kota Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang dan Lampung. Di Medan, acara dilaksanakan di Focal Point Mall di Jalan Gagak Hitam, Ringroad Medan mulai 18 sampai 22 Oktober 2017. (ren)