Batan Anggap Masyarakat Masih Khawatir Listrik Tenaga Nuklir
- VIVA.co.id/Yasir
VIVA.co.id - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin Makassar dalam hal pengembangan tenaga nuklir. Kerja sama diutamakan untuk pemanfaatan nuklir sebagai pembangkit listrik.
Kepala Batan Djarot Wisnusubroto menegaskan wacana tentang pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia bertujuan baik. Semata untuk keberlanjutan pembangunan nasional. Tak serta merta mengimbangi kerja-kerja PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).Â
"Tujuannya, tiap tahun keliling mengenalkan energi nuklir ke universitas. Jadi kerja samanya ke universitas. Tidak serta merta Batan mau imbangi PLN. Kita kenalkan sisi sainsnya saja ke anak negeri. Mengenalkan energi nuklir bisa menjadi opsi untuk dimanfaatkan," kata Djarot di kampus Fakultas Teknik Unhas, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada Kamis, 12 Oktober 2017.
Menurutnya, PLTN terbilang aman untuk dimanfaatkan di Indonesia. Namun masih banyak masyarakat yang belum menerima hal itu. Mayoritas khawatir tentang bahaya yang bisa ditimbulkan.Â
Batan gencar memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya akademisi dan mahasiswa tentang pemanfaatan teknologi nuklir. Masih banyak yang salah kaprah tentang hal itu.
Batan bekerja sama dengan universitas sesuai bidang atau spesifikasi masing-masing. Misalnya, kerja sama dengan jurusan teknik nuklir untuk mendesain reaktor; kerja sama dengan fakultas sosial untuk sosialisasi bahwa teknologi nuklir aman, atau kerja sama dengan jurusan teknik sipil untuk membangun PLTN yang tahan gempa.
Nuklir, Djarot menjelaskan, salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang bisa digunakan hingga bisa menghasilkan 5.000 megawatt listrik pada 2025. Namun, setelah nuklir digaungkan, sampai kini belum ada kebijakan eksekusi dari pemerintah.Â
Batan akan terus membuat masyarakat yakin akan potensi nuklir untuk energi. Untuk potensi nuklir yang membuat biaya listrik mudah, Djarot menyatakan, penggunaan listrik dengan tenaga nuklir akan menghemat pembayaran 50 persen dibandingkan tenaga uap.
Gambarannya, jika tenaga uap menghabiskan biaya 12 sen per Kwh, sedangkan nuklir hanya 6 sampai 8 sen per Kwh.
Batan sebelumnya merilis survei yang bekerja sama dengan PT Pro Ultima tentang respons masyarakat atas pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Hasil survei menunjukkan, dukungan atas PLTN makin meningkat. Alasan utama semakin meningkatnya dukungan PLTN ialah tidak ada pemadaman listrik.
Batan mengungkapkan, dukungan masyarakat meningkat dari 2015 dengan angka 75,3 persen menjadi 77,53 persen pada 2016. Survei nasional itu dilakukan antara Oktober sampai Desember 2016, dengan penyebaran kuesioner kepada 4.000 responden di 34 provinsi.