Oclantis, Kota Tersembunyi Bawah Laut Buatan Gurita
- Pixabay/ Glucosala
VIVA.co.id – Kehidupan bawah laut, selalu menarik untuk dipelajari. Awal bulan ini, para ilmuwan menerbitkan sebuah makalah yang menggambarkan sebuah situs di Teluk Jervis di Australia, dekat Sydney. Situs ini, jadi tempat 10 sampai 15 gurita bersarang. Mereka, menunjukkan "interaksi sosial yang kompleks" terhadap satu sama lainnya.
Spesies ini, yang juga dikenal sebagai Octopus tetricus, berkomunikasi, berkelahi dan bahkan "mengusir" satu sama lain dari sarangnya di pemukiman yang terbentuk di sekitar tambalan batu yang terbuka. Karena banyaknya gurita yang mendiami tempat tersebut, daerah itu pun dinamakan kota gurita, yang oleh ahli biologi disebut "Octlantis".
Studi tersebut merupakan sebuah kolaborasi antara beberapa ilmuwan dari Australia dan Amerika Serikat, yang diterbitkan pada 1 September di jurnal Marine and Freshwater Behavior and Physiology.
Penemuan ini penting karena gurita biasanya diyakini sebagai hewan soliter, hanya bertemu untuk kawin. Pada tahun 2009, para ilmuwan menemukan situs serupa - juga di Jervis Bay - dijuluki "Octopolis," namun secara luas dianggap sebagai anomali.
Keberadaan Oclantis, bagaimanapun, menunjukkan bahwa kelompok gurita yang hidup bersama lebih umum daripada yang dipikirkan orang.
Permukiman tersebut, yang tingginya sekitar 60 kaki sampai 13 kaki, mengelilingi tiga lapisan batu yang muncul dari dasar laut. Ini termasuk sarang gurita yang terbentuk dari galian pasir yang dilakukan oleh para gurita itu sendiri. Kota itu juga dibangun, dari tumpukan kerang bekas dari makhluk yang dimakan gurita.
"Tumpukan kerang, atau middens ini, selanjutnya dipahat untuk menciptakan sarang, membuat gurita ini menjadi insinyur lingkungan sejati," kata Stephanie Chancellor, Ph.D. mahasiswa di University of Illinois Chicago yang merupakan salah satu penulis studi.
Dia menambahkan bahwa karena sedikit yang diketahui tentang bagaimana gurita berinteraksi secara sosial, beberapa perilaku mereka sulit untuk ditafsirkan. Misalnya, para periset mengamati hewan-hewan yang muncul untuk "mengusir" satu sama lain dari rumah mereka, namun tidak yakin mengapa mereka melakukannya.