Pestisida Bikin Bibir Sumbing dan Wajah Cekung pada Simpanse
- www.pixabay.com/PublicDomainPictures
VIVA.co.id – Para ilmuwan menemukan kelainan aneh terjadi pada hewan primata di Uganda Barat, Afrika Timur. Mereka menemukan bentuk aneh pada simpanse dan babun, anggota badan hewan tersebut ada yang hilang, bibir sumbing, wajah cekung, dan hidung yang pipih.
Setelah diselidiki, kemungkinan kelainan ini, kata para ilmuwan, disebabkan pestisida tanaman. Riset mengenai kelainan pada hewan primata tersebut diterbitkan dalam jurnal Science of The Total Environment.
Dilansir Ifl Science, Senin 11 September 2017, para ilmuwan melakukan riset selama beberapa tahun di Taman Nasional Kibale, Uganda Barat. Ketika itulah keanehan anatomi simpanse dan babun terlihat.
Mereka menjelaskan, satu wilayah di taman bernama Sebitoli ditemukan setidaknya 16 dari 66 simpanse yang dipantau atau 25 persen dari total menunjukkan kelainan fisik. 16 simpanse punya lubang hidung yang berkurang, bibir sumbing, kelainan tungkai, masalah reproduksi, atau hilangnya pigmen pada kulit dan kelainan pada bulu simpanse.
Kemudian enam dari 35 babun atau 17 persennya memiliki kelainan fisik yang hampir serupa. Tapi kata para ilmuwan, kelainan bukan disebabkan oleh infeksi.
"Kami mencari tahu ke Sebitoli, kami menemukan bahwa petani dan pekerja dari dua pabrik teh menggunakan delapan pestisida, yaitu glifosat, cypermethrin, profenofos, mancozeb, metalaxyl, dimethoate, chlorpyrifos, dan amina 2,4-D," kata peneliti menjelaskan.
Mereka pun menyelidiki kadar pestisida yang digunakan, dan peneliti menemukan lahan, perairan, dan tanaman di wilayah tersebut menunjukka kadar DDT dan klorpirifos melebihi batas yang disarankan dalam benih jagung segar dan ikan.
"Primata Sebitoli sering dilaporkan menyerbu tanaman jagung di kebun dan peternakan di dekatnya," kata para peneliti.
Tiga pestisida, yaitu klorpirifos, mancozeb, DDT bisa mempengaruhi sinyal hormon tiroid (TH). Kerusakan TH akan berdampak pada kelainan bentuk atau displasia wajah, seperti bibir sumbing pada simpanse baru lahir.
Namun, para peneliti mengatakan, diplasia bisa saja disebabkan oleh faktor lain, selain pestisida yang berlebihan. (ase)