Studi Baru, Bulan Tak Simpan Banyak Air
- JAXA/NHK
VIVA.co.id – Studi peneliti Universitas California San Diego, Amerika Serikat mengungkapkan hal terbaru dari kemungkinan air di Bulan. Penelitian tersebut menemukan, Bulan ternyata tidak menyimpan banyak air seperti yang sudah dinyatakan dalam studi pada Juli lalu.Â
Kesimpulan peneliti Amerika Serikat itu bertentangan dengan hasil penelitian dari Universitas Brown, Amerika Serikat, yang mengungkapkan interior Bulan menyimpan banyak air.Â
Kedua studi tim peneliti itu memang menggunakan metode yang berbeda. Studi peneliti Universitas Brown Amerika Serikat mendeteksi adanya banyak air dalam interior Bulan dengan menganalisis data pengamatan satelit India, Chandrayaan-1 yang mengorbit Bulan.Â
Sementara studi peneliti Universitas California San Diego, mengambil kesimpulan setelah menganalisis sampel batu Bulan yang dibawa pulang awal misi Apollo 16 pada 1972.Â
Dikutip dari IBtimes, Rabu 23 Agustus 2017, dalam penelitiannya, tim Universitas California San Diego menganalisis kimia pada batu tersebut. Tim menemukan karat yang muncul pada batu sampel Bulan itu. Tim mengatakan batu Bulan dan kondisi karat itu terkonfirmasi memang benar berasal dari Bulan dan bukan berasal dari lokasi lain. Karat pada sampel batu Bulan itu tentunya membutuhkan air untuk membentuknya.
Geokimia dan pemimpin studi, James Day mengatakan batu yang di bawa dari Bulan itu merupakan batuan basah yang muncul dari bagian kering di Bulan.Â
"Batuan ini (sampel yang dibawa Apollo 16) merupakan hadiah yang akan terus memberikan hal baru, karena tiap kali Anda menggunakan teknik baru, maka Anda akan mendapatkan wawasan yang luar biasa," ujar Day dalam rilisnya.
Analisis tim mengungkapkan, karat pada batu itu berisi isotop seng yang ringan atau unsur kimia yang ringan. Kandungan isotop itu kemungkinan hasil dari kondensasi seng akibat penguapan yang terjadi selama pembentukan Bulan. Isotop seng pada Bulan juga hadir dalam manik-manik kaca gunung vulkanik Bulan.Â
Peneliti menuturkan, seng merupakan unsur kimia yang mudah menguap seperti halnya potasium, klorin dan air. Jadi saat Bulan terbentuk, termasuk jika terbentuk dalam kondisi bencana, kemungkinan satelit Bumi itu telah menghabiskan unsur yang mudah menguap tersebut.Dengan demikian, begitu terbentuk, isotop pada interior Bulan akan terkuras dan akhirnya Bulan kondisinya kering.Â
Kontradiksi kesimpulan kondisi air di Bulan akan menjadi bidang menarik bagi ilmuwan, khususnya untuk mendalami dan mengungkap air di satelit Bumi. Hal penting yaitu bagaimana isotop ditemukan dalam manik-manik dan karat di atas baru Bulan.Â
Tantangan ke depan, yaitu bagaimana menemukan di mana persisnya lokasi batu tersebut ditemukan dan bagaimana keadaannya. Peneliti doktoral Universitas California San Diego saat ini sedang mempelajari sekarang untuk sampai ke bagian bawah komposisi deposit tersebut. Â