Hati Teroris Diteguhkan Melalui Telegram, Ungkap Kominfo
- VIVA.co.id/ Putri Firdaus
VIVA.co.id – Pemerintah punya alasan kuat mengapa harus memblokir aplikasi media sosial Telegram. Aplikasi itu ternyata digunakan kelompok teroris sebagai sarana meneguhkan pendirian para anggota baru.
Telegram juga dimanfaatkan untuk mengajarkan anggota baru terkait cara membuat hingga meledakkan bom. Demikian Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika Bidang Hukum, Henry Subiakto.
"(Melalui) Telegram itu mengajarkan bagaimana cara buat bom, bagaimana cara supaya hatinya kuat sebagai teroris. Itu (melalui) Telegram semua," kata Henry dalam acara diskusi di Auditorium Universitas Pertamina, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu 29 Juli 2017.
Ia juga menjelaskan bagaimana modus kelompok teroris untuk mencari anggota melalui media sosial. Pertama, agar ada yang tertarik untuk bergabung, mereka membuat situs internet yang berkonten radikal terlebih dahulu.
Kemudian, tautan ke situs tersebut dikirim oleh tim buzzer dan juga simpatisan melalui akun Facebook dan Twitter.
Mereka yang tertarik bergabung akan didoktrin melalui aplikasi chatting yang lebih terjaga privasinya, yakni Telegram.
"Mereka saling komunikasi di Facebook dulu. (Calon) memberi like, baru kemudian diajak komunikasi melalui jalur yang lebih aman, yakni melalui Telegram,” tuturnya. (ren)