Akhirnya Tim Robot Afghanistan Perempuan Boleh Masuk AS

Anggota tim robotik Afghanistan
Sumber :
  • Reuters/Mohammad Ismail

VIVA.co.id – Tim robotik perempuan Afghanistan, yang sebelumnya tidak diizinkan masuk Amerika Serikat karena keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, akhirnya diperbolehkan menginjakkan kakinya di Negara Paman Sam itu.

Ketika Bom Meledak di Pesta Pernikahan, 63 Orang Meregang

Tim robotik itu telah mengantongi visa kunjungan ke AS. Tim yang terdiri dari lima orang perempuan SMA ini dikirim oleh sekolahnya, di Kabul, untuk mengikuti kompetisi robot di Washington DC pada pekan depan.

Salah satu anggota tim, Fatemah Qaderyan (14) mengatakan, pejabat AS akhirnya menyetujui visa mereka, setelah sebelumnya izin perjalanan mereka ditolak karena terkait larangan warga negara muslim masuk ke Negeri Paman Sam yang dikeluarkan Presiden Donald Trump.

Teror Bom Bunuh Diri di Afghanistan, 15 Tewas dan Puluhan Luka-luka

"Kami sangat senang mendapat dukungan dari Amerika dan Trump, dan kami berterima kasih kepada mereka karena telah memberikan visa untuk melakukan perjalanan dan menghadiri kompetisi," ujar Fatemah dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat 14 Juli 2017.

Fatemah menuturkan, awalnya mereka kecewa dan merasa pesimis, tapi sekarang mereka sangat senang karena mendapatkan visa untuk mengikuti kompetisi robotik. 

RoboMaster, Ajang Ahli Robotik Dunia 'Tebar Pesona'

Seorang juru bicara Kedutaan Besar AS di Kabul menyampaikan, ia tidak dapat secara terbuka mengomentari kasus-kasus individual seperti ini. Namun para pejabat di Washington mengonfirmasi tim perempuan tersebut telah diberi pembebasan bersyarat, yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan ke AS. 

Pada laman Facebook pribadinya, putri Presiden Trump, Ivanka Trump, mengunggah status tentang harapannya untuk dapat bertemu dengan lima orang siswi berhijab ini.

"Saya berharap bisa menyambut tim brilian ini, dan pesaing mereka, di Washington DC minggu depan! Gadis-gadis ini mewakili ilmuwan, insinyur, dan inovator masa depan kita," tulis Ivanka. 

Sementara itu, pejabat AS enggan berkomentar mengenai alasan penolakan visa anak-anak perempuan tersebut. AS memang sering menolak permintaan visa dari orang-orang Afghanistan, karena mereka sering enggan kembali ke negeri mereka.

Anggota tim yang lainnya, Lida Azizi (15), menilai kompetisi robotik ini sebagai kesempatan untuk membantu memperbaiki kondisi di Afghanistan, yang mana kaum hawa sering menghadapi keterbatasan yang signifikan dalam kehidupan publik dan pribadi. 

"Afghanistan adalah negara yang dilanda perang, yang mana sulit bagi perempuan untuk memperbaiki diri. Tapi sekarang, ini adalah kesempatan besar bagi kami untuk hadir di kompetisi dan hal yang bagus untuk negara kami," tegasnya.

Sebelumnya, kelima siswi ini merasa pesimis dan kecewa ditolak visanya untuk masuk ke AS. Namun pada akhirnya, mereka senang karena mendapat kesempatan emas tersebut.

Penolakan visa tim robotik itu dikabarkan terkait dengan keputusan AS melarang warga mayoritas muslim masuk ke Negeri Paman Sam.

Presiden Trump telah menetapkan kebijakan kontroversi mengenai larangan warga dari negara berpenduduk mayoritas Muslim yaitu Iran, Irak, Libia, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman, untuk masuk ke Amerika Serikat. 

Tapi anehnya, Afghanistan tidak ada dalam daftar tersebut. Tim robotik Afghanistan akan mengikuti kompetisi yang diselenggarakan pada 16-18 Juli 2017. 

Robot sampah rancangan siswi MAN 1 Solo, Jawa Tengah, menjuarai kompetisi robot tingkat internasional di Bangkok, Thailand.

Video Robot Sampah Karya Siswi Madrasah Juara Kompetisi Internasional

Sonia Jneina Sagiri itu meraih medali emas gara-gara robot sampah.

img_title
VIVA.co.id
18 September 2019