Berkebun Bisa Cegah Malaria
- www.facebook.com/JktBerkebun
VIVA.co.id – Peneliti mengungkapkan, berkebun bisa menjadi senjata ampuh untuk melawan malaria. Dengan berkebun, manusia dapat memusnahkan populasi nyamuk dengan memotong pasokan makanan mereka. Penemuan ini telah diuji di sembilan desa di distrik Bandiagara, Mali, Afrika Barat.
Periset menemukan, mencopot bunga dari semaknya, ternyata efektif membunuh banyak nyamuk tua, dewasa, dan betina yang menularkan malaria. Para ahli percaya, nyamuk tua akan kelaparan, ketika tidak mendapatkan cukup pasokan madu bunga untuk tubuhnya.
Dikutip dari BBC, Kamis 6 Juli 2017, peneliti Hebrew University of Hadassah Medical School, Israel, dan Miami University, Amerika Serikat, menuturkan menyingkirkan nyamuk betina dewasa bisa menghentikan siklus penularan malaria.
Nyamuk Anopheles semisal. Nyamuk jenis ini kerap membawa parasit malaria yang disimpan dalam kelenjar ludah mereka. Kemudian, mereka menyebarkannya ke manusia, saat menggigit dan menghisap darah.
Orang yang terinfeksi dapat menginfeksi nyamuk betina lainnya yang masih muda dan gencar mencari makanan. Sebab, nyamuk betina muda cenderung aktif dan sedang dalam masa subur untuk menghasilkan telur.Â
Dengan menghisap darah orang yang terinfeksi malaria sebelumnya, darah mereka pun sekarang mengandung parasit.
Dibutuhkan sekitar 10 hari bagi nyamuk betina muda, yang baru terinfeksi, untuk menularkannya kembali ke manusia. Pada saat seekor nyamuk bisa menularkan malaria, dia tergolong serangga yang cukup tua. Meski nyamuk memakan darah, kenyataannya serangga ini mengandalkan madu bunga untuk memberinya energi agar tetap hidup.
Semak belukar
Di Bandiagara, ada satu tanaman invasif yang menurut para periset adalah 'surga makanan' bagi nyamuk penyebar malaria. Semak ini disebut akasia, atau Prosopis juliflora. Prosopis adalah jenis holtikultura liar yang tumbuh jutaan hektare di benua Afrika.
Para ahli di Mali, bersama dengan periset dari Hebrew University of Hadassah Medical School, Israel, dan Miami University, Amerika Serikat, melakukan percobaan hortikultura itu untuk mengetahui apa yang terjadi saat bunga dari tanaman Prosopis dihilangkan dan apakah cara ini dapat membantu membunuh nyamuk lokal.
Mereka memilih sembilan desa, enam di antaranya mempunyai banyak semak berbunga, sedangkan tiga lainnya tidak sama sekali. Di tiga dari enam desa yang mempunyai banyak semak itu, para ilmuwan menyusuri seluruh wilayah desa untuk mengambil bunga-bunga semak. Mereka memasang perangkap ringan di sekitar desa untuk menangkap nyamuk, sehingga mereka bisa melihat sejauh mana berkebun dapat membantu memusnahkan nyamuk.
Sebuah desa, yang mana mereka telah memindahkan bunga, mulai menampakkan hasil. Mereka menghitung jumlah nyamuk yang dikumpulkan di perangkap tadi. Tercatat, jumlah total nyamuk di desa ini menurun hampir 60 persen setelah pemindahan bunga.
Yang mengejutkan adalah adanya fakta bahwa jumlah nyamuk betina tua menurun ke tingkat yang sama dan ini tercatat di tiga desa yang tak memiliki semak-semak. Meski tidak memiliki bukti langsung, para periset yakin nyamuk-nyamuk mati karena kelaparan. Mereka kemudian melaporkan temuan mereka di jurnal Malaria Research.
Ahli malaria dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Profesor Jo Lines mengatakan, pendekatan baru ini memiliki potensi luar biasa, di samping strategi pencegahan malaria lainnya.
"Tampaknya, penelitian ini membuktikan bahwa mengubah bentang alam, tidak menggunakan insektisida, atau obat-obatan terlarang, kita bisa membuat perubahan," paparnya.Â
Tetapi, menurutnya, hal ini tidak mungkin berjalan dengan baik di daerah tropis yang rimbun, yang mana tanaman madu bunga jumlahnya berlimpah. (asp)