VIDEO: Terungkap, Kilatan Aneh di Bumi Tampak dari Antariksa
- NASA
VIVA.co.id – Instrumen kamera Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menemukan ada kilatan cahaya aneh di daratan terlihat dari luar Bumi. Meski awalnya terbilang aneh, penampakan kilatan cahaya itu bisa membantu NASA memecahkan misteri yang telah muncul sejak dua dekade lalu.
Dikutip dari Science Alert, Selasa 16 Mei 2017, kilatan cahaya sudah menjadi misteri sejak 1993. Pada tahun itu, astronom Carl Sagan melihat kilatan cahaya aneh muncul pada gambar Bumi yang diambil wahana antariksa Galileo.
Wahana tak berawak yang diluncurkan pada 1989 itu menjalankan misi mempelajari Planet Jupiter dan satelitnya. Saat itu tim Sagan melaporkan, kilatan cahaya dari Bumi terlihat di area laut. Tim Sagan menduga kilatan cahaya itu adalah tanda-tanda kehidupan Bumi.
Namun 24 tahun kemudian, NASA mendeteksi ada kilatan cahaya memantul dari daratan Bumi ditemukan pada Juni 2015 dan Agustus 2016.
Instrumen Earth Polychromatic Imaging Camera (EPIC) NASA yang dipasang di Deep Space Climate Observatory (DSCOVR) merekam penampakan kilatan cahaya dari jarak satu juta mil dari Bumi.
Tim NASA kemudian menggali foto kilatan cahaya wahana Galileo, untuk perbandingan. Hasil pemeriksaan menunjukkan, tim Sagan di masa lalu melewatkan hal detail yang penting. Pantulan kilatan cahaya itu ternyata juga muncul dari darat, tak hanya di laut.
Setelah dibuatkan katalog kilatan cahaya, tim NASA yang dipimpin Alexander Marshak berhipotesis, kilau cahaya yang terekam itu muncul karena sinar Matahari yang memantul. Penjelasan itu membantah penampakan kilatan cahaya itu adalah petir.
Analisis dilanjutkan penyebab sinar Matahari yang terpantul itu. Tim menunjukkan kemungkinan karena peran air, tapi bukan air yang berada di permukaan, melainkan yang berada di atmosfer.
Dengan menggunakan data EPIC mereka bisa memetakan asal kilatan cahaya, setelah mempersempit sumber kilatan menjadi 5 sampai 8 kilometer di atas permukaan.
"Sumber kilatan jelas tak di daratan. Itu pasti es dan kemungkinan besar pantulan Matahari dari partikel berorientasi horizontal," ujar Marshak.
Tim Marshak mengatakan, sinar Matahari menyentuh bagian halus samudera atau danau, dan akhirnya langsung memantul kembali ke instrumen NASA tersebut. Proses ini disebutkan mirip dengan pengambilan gambar cahaya di depan cermin.
Hasil penelitian tim Marshak itu memang belum berakhir, sebab belum diulas dan diuji peneliti lainnya. Ada kemungkinan beberapa aspek penemuan berubah setelah diverifikasi.
Dengan analisis kilatan cahaya itu, tim ilmuwan NASA telah melihat kristal es horisontal berperan secara umum. Tim kini juga mengetahui kristal es horisontal punya dampak penting pada seberapa banyak sinar Matahari dipantulkan melalui atmosfer Bumi.