Ternyata Setengah Bahasa di Dunia Berakar dari Sini
- Pixabay/puniani
VIVA.co.id – Ada banyak bahasa yang dituturkan oleh setidaknya tiga miliar penduduk dunia. Berbagai bahasa di dunia menurut beberapa studi ternyata punya akar bahasa yang sama yang dikenal bahasa dari Proto-Indo-European atau PIE. Dalam catatan para ahli, total 400 bahasa yang dituturkan di dunia berasal dari akar bahasa PIE.
Namun selama bertahun-tahun, ahli bahasa, antropolog dan akademisi berdebat tentang bagaimana PIE bisa menyebar ke berbagai belahan dunia sehingga menjadi bahasa yang dituturkan tiap daerah seperti saat ini.
Dikutip dari Big Think, Jumat 24 Maret 2017, setidaknya ada dua teori yang menjelaskan bagaimana nenek moyang bahasa itu bisa menyebar dan menjadi bahasa di belahan dunia.
Satu teori menyatakan, PIE diyakini telah terbentuk di daerah yang dikenal sebagai Pontic-Caspian Steppe, sebuah area padang rumput luas di utara Laut Hitam dan Kaspia, yang mana saat ini merupakan wilayah Rusia, Ukrania dan Kazakhstan. PIE diperkirakan mulai menyebar dari area aslinya mulai 6.500-5.500 tahun dari masa saat ini.
Saat itu, menurut teori ini, suku nomaden yang menjinakkan kuda dan menunggangi hewan ini mulai berbicara PIE.
Dua studi menguatkan hipotesa Steppe. Satu studi mempelajari bahasa genetik lainnya. Dalam pandangan studi ini, suku nomaden di masa lalu pindah ke Barat menaklukkan tanah dan masyarakat di sana. Kemudian suku nomaden asal PIE itu menularkan inovasi budaya, di antaranya kendaraan beroda, penjinakan kuda dan wol tenun.
Hipotesa Steppe itu didukung juga oleh studi peneliti UC Berkeley, yang dipimpin ahli bahasa Will Chang. Studi ini mengambil 207 kata dari 150 negara Indo-Eropa. Beberapa kata diambil dari bahasa yang 'mati' dan lainnya diambil dari kata dari bahasa yang masih hidup.
Studi ini menggunakan kata tersebut sebagai data dan dievaluasi dengan pemodelan statistik, dengan tujuan ingin tahu seberapa cepat kata berubah dari waktu ke waktu.
Tim Chang menemukan, perbedaan linguistik pertama terjadi sekitar 6.500 tahun lalu. Dengan referensi silang dengan analisis pohon bahas bahasa Indo-Eropa, tim Chang mennyimpulkan, penaklukkan Indo-Eropa menyebarkan PIE terjadi saat suku nomaden pindah ke arah barat. Studi ini selesai pada 2015 dan menawarkan bukti kuat hipotesa Steppe.
Studi kedua yang mendukung hipotesa Steppe yakni riset dari tim peneliti Harvard University yang dipimpin David Reich. Studi ini mengambil objek berbeda untuk melacak akar bahasa dunia, yakni dengan uji genetik 69 mumi Eurasia kuno yang hidup 8.000-3.000 tahun lalu. Dalam uji itu, tim ini menemukan penyakit demam berasal dari gen Neanderthal, kerabat dekat manusia.
Hasilnya mereka menemukan, pemburu Eropa datang dari padang Yamnaya, Rusia, sekitar 6.000-5.000 tahun lalu.
Sekitar 4.500 tahun lalu, kelompok manusia yang disebut Corded Ware, yang terkenal dengan tembikarnya, hidup di Eropa utara, termasuk Jerman. Studi ini menunjukkan, orang Yamnaya Steppe pindah dari negeri di Timur dan menetap di Eropa. Bukti genetik menunjukkan, nenek moyang Eropa dilacak maka akan menuju ke orang Corded Ware.
Di luar hipotesa Steppe. Ada riset tim evolusi biologi Universitas Auckland, Selandia Baru yang sangat kontras dengan hipotesa tersebut.
Menurut studi tim ini pada 2012, PIE bukan berasal dari padang rumput di Asia, tapi di Turki. Studi ini berkeyakinan, PIE adalah ‘rumah’ bahasa dunia yang muncul sekitar 9500-8000 tahun dari masa saat ini. Hipotesa ini dikenal dengan hipotesa Anatolian.
Riset hipotesa ini menggunakan data linguistik dan metode komputasi. Peneliti menemukan, PIE diucapkan petani yang hidup menetap. Seiring dengan inovasi budaya petani menyebar, maka bahasa PIE juga menyebar.