2018, NASA Kirim Misi ke Matahari

Lubang koronal raksasa di permukaan Matahari
Sumber :
  • NASA

VIVA.co.id – Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan mengirim pesawat ruang angkasa untuk misi meneliti matahari. Misi bertajuk 'Solar Probe Plus' ini rencananya direalisasikan pada 2018.

Lagi Viral SPF Lip Gloss, Emang Bibir Perlu Perlindungan dari Sinar UV?

Misi pertama NASA ke matahari ini tidak akan menerbangkan perangkat sampai ke permukaan matahari. Sudah pasti, perangkat yang mendekat akan langsung meleleh saking panasnya. Misi ini hanya akan menempatkan perangkat pengumpul data dengan jarak 4 juta mil dari permukaan matahari. 

Dilansir Tech Times, beberapa pertanyaan penting yang ingin dipecahkan oleh para astronom adalah mengungkap mengapa permukaan matahari yang dikenal sebagai fotosfer tidak panas seperti atmosfer matahari yang dikenal sebagai korona. 

Kulit Anak Sensitif Jika Terkena Sinar Matahari, Usia Berapa Si Kecil Boleh Pakai Sunscreen?

Diketahui, permukaan matahari panasnya diprediksi sekitar 10 ribu derajat Fahrenheit. Namun atmosfer di atasnya jauh lebih panas, yakni 3,5 juta Fahrenheit.

"Anda akan berpikir lebih jauh, dari mana sumber panas didapatkan, seharusnya makin jauh dari permukaan akan terasa makin dingin. Mengapa suasananya lebih panas dari permukaan? Ini adalah teka teki besar," kata Eric Christian dari NASA Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland. 

Tarra Budiman Lebih Suka Pakai Sunscreen Spray Buat Olahraga Lari, Efektif Gak Sih?

Christian menambahkan, selain soal perbandingan panas, para peneliti juga ingin tahu bagaimana angin matahari mendapatkan kecepatan, serta mengapa matahari kadang-kadang menghasilkan partikel energi tinggi yang dikenal sebagai partikel energi surya.

Para astronom juga berharap bahwa misi ini akan memberikan data baru pada kegiatan matahari, yang akan menjadi penemuan penting dalam kemampuan manusia untuk meramalkan peristiwa cuaca dan iklim, yang dapat berdampak pada kehidupan di Bumi.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan sebelumnya di Space Weather, peneliti mengungkapkan jika badai matahari, seperti  Carrington akan mempengaruhi Bumi dalam beberapa dekade berikutnya. Selain kerugian finansial, dampaknya juga bisa melumpuhkan perangkat pembangkit yang mengirimkan cahaya matahari menjadi listrik. Ini akan menyebabkan pemadaman besar-besaran. (one)

Osteoporosis

2 dari 5 Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Ini Nutrisi dan Gaya Hidup yang Harus Diperhatikan

Di Indonesia, 2 dari 5 orang berisiko terkena osteoporosis, dengan 41,2 persen orang berusia di bawah 55 tahun sudah mengalami osteopenia atau kepadatan tulang menurun.

img_title
VIVA.co.id
29 Oktober 2024