Video Sisa Bom Nuklir Buktikan Asal Usul Bulan
- www.pixabay.com/philpace
VIVA.co.id – Sisa ledakan bom nuklir pertama di dunia pada 1945 ternyata bisa menjadi bahan untuk membuktikan teori asal usul Bulan. Analisis bahan bekas ledakan bom nuklir pertama menunjukkan kesamaan ciri khas dengan sampel yang di bawa dari permukaan Bulan.Â
Dikutip dari UPI, Kamis 9 Februari 2017, peneliti  Universitas California San Diego, Amerika Serikat, menganalisis fragmen kaca radioaktif bekas ledakan bom nuklir pertama di gurun New Mexico, AS. Peneliti mengumpulkan kaca radioaktif sekitar lokasi ledakan. Bahan kaca yang disebut trinitit itu terdiri dari pasir yang meleleh dampak dari suhu ekstrem ledakan plutonium.Â
Kemudian bahan kaca itu dibawa ke laboratorium dan diukur konsentrasi elemen di dalam bahan tersebut. Dalam pengukuran, peneliti menganalisis konsentrasi unsur yang mudah menguap misalnya mineral zinc dalam pecahan kaca tersebut. Hasilnya kaca yang ditemukan terdekat di titik ledakan, kadar mineral zinc-nya sedikit. Sedangkan kadar zinc pada area yang lainnya kaya dengan isotop yang lebih tinggi.Â
"Hasil penelitian menunjukkan penguapan pada suhu tinggi itu mirip dengan awal pembentukan planet. Kondisi ini menghilangkan unsur yang mudah menguap dan daerah sisanya kaya dengan isotop tinggi, akibat peristiwa tersebut," kata pakar kebumian Scripps Institution of Oceanography Universitas California San Diego, James Day.Â
Bertolak dari hasil analisis itu, James Day berpandangan, sudah cukup menjadi bukti untuk teori pembentukan Bulan.Â
Sepanjang ini banyak ilmuwan yang meyakini Bulan terbentuk dari puing-puing meleleh dampak dari planet seukuran Mars bertabrakan dengan Bumi. Tabrakan hebat itu akan menghasilkan hal yang sama pada pengujian kaca bekas bom nuklir.Â
Keyakinan ilmuwan makin uat, sebab setelah membandingkan sampel trinitit dengan batuan Bulan, ditemukan unsur yang mudah menguap terkuras dan miskin air pada kedua sampel tersebut.Â
"Kami menggunakan peristiwa pengubah sejarah untuk kepentingan ilmiah, memeroleh informasi ilmiah penting dan baru dari peristiwa 70 tahun lalu," ujar James Day. (hd)Â