Indosat Turunkan Bonus Operator untuk Redam Perang Tarif
- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id – PT Indosat Tbk atau Indosat Ooredoo memberikan sinyalemen akan naikkan harga dengan mengurangi bonus-bonus biaya operasi. Direktur Utama Indosat Ooredoo Alexander Rusli menilai sikap tersebut menunjukkan peredaman perang harga antar operator seluler.
"Kuartal IV ini kita naikin harga. Karena kan perang harga kita sudah enggak lucu lagi, akhirnya kami mengambil keputusan untuk menaikkan harga, kurangin bonuslah, kami berharap juga yang lain masuk akal dikit dong naikan harga," ujar Alex dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terkait pengembangan Usah Kecil dan Menengah (UKM) di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta pada Senin, 21 November 2016.
Tarif bonus operator yang berlangsung menurutnya tidak baik, sehingga perlu menetapkan harga normal, tanpa bonus. Lantaran, ia menilai perang harga akan merusak pasar dan juga merusak industri secara umum.
"Sudah dua tahun turun-turun terus, yang korban malah nanti pelanggan," ucapnya.
Ia mengatakan pengurangan bonus ini tidak banyak dan ia katakan telah berikan sinyal pengurangan bonus ini sudah mulai dua minggu lalu. Atas sikap pihaknya ini, ia berharap para kompetitor sensitif dan mengambil langkah serupa.
Saat ditanya lebih jauh persentase pengurangan bonus yang pihaknya berikan, ia enggan menyebutkannya. Lalu, berdalih itu rahasia perusahaan.
Pengurangan bonus tersebut menurutnya tidak akan mengubah pertumbuhan pendapatan terlalu jauh hingga akhir tahun ini. Ia memprediksikan pertumbuhan masih berada di kisaran sembilan persen, sama dengan hasil pertumbuhan pada kuartal III.
"Kalau sampai kuartal III kan tumbuh sembilan persen, ya kurang lebih akhir tahun samalah," ucapnya.
Hasil kinerja kuartal III 2016, pendapatan Indosat tumbuh menjadi Rp21,52 triliun atau naik 9,92 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp19,58 triliun.
Namun, ia katakan perusahaan masih berhati-hati dalam memprediksi pertumbuhan tahun depan karena masih belum diketahui secara pasti kondisi pasar tahun depan.
Hanya saja ia mengharapkan minimal perusahaan dapat tumbuh sesuai dengan target industri tahun depan yaitu, tujuh hingga delapan persen. Sementara, belanja modal yang akan disiapkan tahun depan kemungkinan besar sama seperti tahun ini yakni, Rp6,5 triliun hingga Rp7 triliun.