VIDEO: Ditemukan, Kain Robek Bisa Menambal Sendiri

Peneliti temukan bahan yang membuat kain bisa menambal sendiri
Sumber :
  • YouTube/Penn State Reserach Communications

VIVA.co.id – Peneliti Pennsylvania State University, Amerika Serikat, telah membuat terobosan dalam teknologi kain. Dengan mempelajari sifat penyembuhan diri dari protein pada gigi cincin cumi-cumi, peneliti mengumumkan telah mengembangkan bakteri dan ragi yang terbukti membuat kain robek bisa menambal dengan sendirinya.

Berani Inovasi! Top 20 Finalis Wirausaha Muda Mandiri 2024 Siap Uji Karya di Tahap Akhir

Dikutip dari Digital Trend, Selasa 16 Agustus 2016, dalam uji cobanya peneliti mengombinasikan bakteri dan ragi tersebut, yang mirip dengan protein cumi-cumi.

Dalam praktiknya, peneliti hanya meneteskan beberapa tetes larutan bakteri dan ragi pada sebuah sobekan kain, kemudian dipaparkan dengan air hangat. Selanjutnya peneliti menekan tepi kain yang robek bersama-sama sekitar 60 detik. Dan akhirnya, bahan kain yang robek yang terpisah itu kemudian menyatu, layaknya dijahit.

Apresiasi Berujung Motivasi

Keberhasilan uji coba ini menjadi peluang yang potensial bagi beberapa industri. Peneliti menyebutkan, para pembuat tekstil bisa memanfaatkan inovasi ini untuk membuat kain mantel yang bisa menambal sendiri tanpa dijahit. Pembuat tekstil juga bisa memanfaatkan serat dari protein penyembuhan diri untuk membuat kain yang bisa menyembuhkan diri.

Dengan demikian, maka tiap produk jadi yang dibuat dengan kain hasil protein tersebut mampu menambal diri sendiri dengan penambahan air dan tekanan dalam waktu yang singkat.

Berstandar Tinggi, Inovasi dan Layanan Cinema XXI Dapat Pengakuan Dunia

Profesor Ilmu Teknik dan Mekanik Pennsylvania State University, Melik Demirel mengatakan, tak sabar melihat penggunaan cairan yang bisa membantu kain menambal diri.

"Kami ingin melihat apakah pakaian dapat memperbaiki diri saat kami tuangkan cairan itu ke dalam mesin cuci, dengan menambahkan air dan panas," ujar Demirel.

Sang profesor mengatakan, protein yang terinspirasi dari cumi-cumi itu bisa membantu meningkatkan pakaian pelindung yang dikenakan tentara, staf medis sampai petani.

Demirel yang memimpin penelitian itu mengatakan, timnya sudah menguji cairan baru itu pada sejumlah kain umum, termasuk kapas, wol sampai polister. Hasilnya cukup baik, dengan penambahan larutan yang dikembangkan itu, kualitas kain tak mengalami penurunan atau perubahan.

(ren)

 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya