Polisi Tidur Bisa Hasilkan Listrik Berkat Karya Anak Malang
- VIVA/Lucky Aditya
Keempat mahasiswa semester 4 itu, Dony Darmawan Putra, Ridho Darmawan, Anthony Wijaya, dan Hasan Albinsaid. Dibawah bimbingan dosen, Eka Maulana, keempat mahasiswa ini menciptakan Potret sejak tahun 2014 dan baru saja rampung pada tahun 2016.
Potret berfungsi sebagai sumber penanganan jalan umum, dengan memanfaatkan perubahan energi potensial pegas yang ditempatkan di bawah polisi tidur. Cara kerja pertama saat kendaraan melintas polisi tidur maka pegas akan menurun karena sistem yang elastis.
"Setelah pegas menurun maka polisi tidur akan tertarik linear karena didalam box terdapat berbagai gear dan rantai sehingga bisa menciptakan putaran dan jika dihubungkan ke generator akan menghasilkan listrik yang besar, rangkaian itu kita gabungkan ke ACCU," kata Hasan Albinsaid, salah satu anggota tim, Rabu, 10 Agustus 2016.
Energi yang disimpan pada ACCU bisa digunakan untuk penerangan jalan saat malam hari atau keperluan lainnya. "Sekali hentakan di polisi tidur menggunakan sepeda motor bisa 10-15 Volt. Kalau sehari ada 1.000 kendaraan dengan berat rata-rata 1.000-2.000 kilogram, gear akan memutar generator dengan kecepatan putar 1.000-1.250 rpm. Dari sistem itu bisa dimanfaatkan untuk menyalakan empat lampu masing-masing 40 watt selama 10 jam setiap hari," ucap Hasan.
Berubah Tiga Kali
Tidak mudah membuatnya. Konsep Potret sempat berubah tiga kali. Konsep awal dengan menggunakan air yang ditaruh dibawah tanah lalu diberi tekanan, sehingga air bisa memutar generator. "Tapi karena kurang efektif jika ada banjir, airnya bisa berubah-rubah volumenya. Sehingga dapat menganggu kerja polisi tidur sendiri dalam menciptakan listrik," papar Hasan.
"Yang kedua kalinya ada revisi juga menggunakan sistem mekanik yang sangat rumit. Kendalanya barangnya sulit didapat dipasaran, seperti mesin bubut yang dibuat sendiri jadi prosesnya sangat rumit dan butuh biaya yang mahal," imbuh Hasan.
Setelah mengalami dua revisi konsep, akhirnya keempat mahasiswa ini memutuskan untuk menggunakan revisi konsep yang ketiga yakni menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat di pasaran. Sehingga proses pembuatanya biaya yang dikeluarkan semakin berkurang.
"Dan untuk perawatanya sangat mudah karena bisa dibongkar pasang, untuk perawatan jika mau dibersihkan cukup dibongkar diberi oli atau disapu," ujar Hasan.
Karya empat mahasiswa ini merupakan Program Kreativitas Mahasiswa yang didanai Dikti. Alat ini mempunyai beberapa keunggulan kemanan, mudah dibawa kemana saja, dan tidak terpengaruh cuaca.
Alat ini bisa dipasang dipintu masuk Universitas, jalan Tol, atau beberapa tempat umum yang menggunakan sistem portal. "Jadi bukan ditempatkan di tengah jalan, meski beban berat bisa sampai 50 ton," tandas Hasan.
Kini empat mahasiswa yang menunggu proses paten itu berharap, perhatian dari pemerintah dengan mendapat bantuan berupa persediaan barang produki yang lebih banyak, sehingga bisa diproduksi massal.
(ren)