Parpol Ini Bersistem Bitcoin untuk 'Bunuh' Politik Busuk
- REUTERS/David Gray
VIVA.co.id – Sebuah ide unik untuk memecah kebuntuan sistem politik dicetuskan partai baru di Australia, Partai Flux.
Partai yang didirikan September 2015 ini menjalankan sistem politik partai berbasis model mata uang digital Bitcoin. Tujuannya penerapan model Bitcoin itu untuk mengubah sistem politik yang berlaku di Australia selama ini.
Dikutip dari Reuters, Rabu 17 Februari 2016, sistem politik Bitcoin itu juga sebagai ‘obat kekecewaan’ atas sistem politik perwakilan konvensional yang sudah dianggap usang. Salah satu pendiri Partai Flux, Max Kaye mengatakan sistem Bitcoin itu juga sebagai wujud memodernisasi sistem politik pada era informasi dan internet.
"Flux adalah sebuah pembaharuan demokrasi yang dirancang untuk medistribusikan kembali kekuasaan politik, memaksimalkan partisipasi dan mengganti politik busuk dan memberdayakan pemilih," tulis keterangan situs partai tersebut.
Partai ini dibidani oleh dua orang berlatar belakang teknologi informasi. Selain Max kaye yang merupakan pengembang peranti lunak ada juga Nathan Spataro, konsultan blockchain, teknologi dibalik Bitcoin. Blockchain merupakan buku besar elektronik yang memverifikasi tiap transaksi dan berbagi dengan jaringan komputer global. Keduanya dikatakan berlatar belakang teknologi dan Bitcoin.
Bagi keduanya, mereka melihat Bitcoin tidak hanya sebagai sistem finansial alternatif, tapi juga dianggap bisa menjadi penghubung serta pengisi jaringan yang hilang antara demokrasi perwakilan dan demokrasi 2.0.
Spataro mengatakan, sistem demokrasi perwakilan yang berlaku saat ini merupakan sistem kuno. Memang, sistem perwakilan saat ini membebaskan masyarakat dari sistem monarki. Tapi dengan perkembangan teknologi dan internet, kata Spataro, seharusnya sistem politik bisa lebih canggih.
Disebutkan Partai Flux ini, sistem partai dan pengambilan keputusan ini menggunakan kode komputer kompleks untuk mengalkulasi, mendistribusikan keinginan pemilih, dan kemudian diteruskan kepada senator yang terpilih mewakili partai tersebut. Meski terdengar kompleks, tapi idenya sederhana.
Pertama, anggota Partai Flux dan simpatisan yang mendukung Flux dalam Pemilu nantinya akan diberikan token seperti Bitcoin. Token ini bisa digunakan oleh anggota atau pendukung Partai Flux itu, bisa juga diperdagangkan atau dialihkan kepada kelompok ahli yang dipercayai oleh pemegang token.
Kemudian pemilik token ini nantinya akan berperan saat senator dari Partai Flux akan memberikan suaranya daam sebuah isu tertentu.
Pemilik token nantinya akan ikut bersuara dan hasilnya akan diteruskan kepada senator partai secara proporsional. Misalnya 80 persen suara pemegang token mendukung sebuah rancangn undang-undang (RUU) dan 20 persen melawan RUU. Maka dengan hasil itu, lima senator dari partai Flux harus mendukung RUU itu dan satu senator menolak RUU itu. Dalam Pemilu, Flux menargetkan enam senator.
Dengan sistem ini, pada dasarnya senator dari Partai Flux sebenarnya akan berperan seperti robot.
"Jadi mereka tidak harus senator, mereka hanya akan bisa menjadi software atau robot. Tujuan mereka yaitu melakukan apa yang orang ingin lakukan," kata Kaye dalam wawancara.
Tak harus pintar
Dengan sistem ala Bitcoin tersebut, maka ini menjadi solusi pada senator yang umumnya tak menguasai isu. Sang senator kadang mendapat tekanan dari pemilihnya dan publik saat dimintai keputusannya dalam isu sensitif sementara kadang senator tidak begitu fasih dalam isu tertentu. Maka, dengan sistem yang diperkenalkan Partai Flux itu, maka pemilih partai Flux akan memberikan suara mereka bak ahli ekonomi atau pakar tertentu.
Sistem politik yang diberlakukan Partai Flux ini mendapat pujian dari ahli Bitcoin dari Universitas Technologu Sydney, Adrian Lee.
Lee mengatakan kekuatan Bitcoin berasal dari kemampuannya membangun kepercayaan melalui kemudahan verifikasi menghapus kelemahan manusia dalam hal persamaan dan perhitungan. Lee melihat apa yang dilakukan Partai Flux itu adalah usul yang unik dan berpotensi dipakai secara penuh dalam sebuah partai.
"Saya belum melihat partai yang akan memilih melalui blockchain. Jika Anda politikus dan membuatnya hanya mesin Bitcoin, itu mungkin berhasil. Tapi Anda tidak bisa melakukan itu," ujar Lee.
Pakar Bitcoin itu mengatakan sejauh ini, di Australia, tidak ada mekanisme yang mengikat secara hukum untuk membuat senator bersuara sesuai apa yang diaspirasikan pemilihnya.
Partai Flux saat ini bersiap untuk bertanding dalam Pemilu. Partai itu sudah mengajukan surat pendaftaran ke Komisi Pemilihan Australia pada bulan lalu, setelah mendapatkan syarat dukungan minimal 550 pemilih terdaftar. Website partai tersebut kini sudah ada 1041 anggota terdaftar.