Mengenal Virus Marburg, Sejarah hingga Gejalanya
- Pixabay
VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kemunculan virus Marburg yang dianggap menular dan berbahaya. Sebelumnya, virus tersebut terdeteksi di Guinea, Afrika Barat dan telah menewaskan satu orang yang terinfeksi pada Jumat, 6 Agustus 2021.
Kabar terbaru, WHO telah mengidentifikasi 150 orang, termasuk keluarga dan tenaga kesehatan, yang sebelumnya terlibat kontak dengan pasien virus Marburg pertama di Afrika Barat yang sudah meninggal itu.
“WHO dan rekan-rekan kami akan mendukung Menteri Kesehatan Guinea untuk menginvestigasi sumber wabah, melacak kontak, dan memberikan informasi kepada penduduk lokal terkait bagaimana cara melindungi dirinya,” ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Hindustan Times, Kamis, 12 Agustus 2021.
Apa itu virus Marburg?
Berdasarkan penjelasan di laman resmi WHO, virus Marburg merupakan virus ganas yang menyebabkan demam berdarah dan memiliki rasio kematian hingga 88 persen. Diketahui, virus ini berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab penyakit virus Ebola.
Pertama kali muncul pada tahun 1967 di laboratorium kota Marburg, Jerman, virus ini telah menyebabkan 12 kasus wabah besar di dunia, di mana sebagian besar kasus tersebut terjadi di Afrika bagian selatan dan timur.
Bagaimana gejalanya?
Seseorang yang terinfeksi oleh virus ini akan mengalami sejumlah gejala parah setelah masa inkubasi selama 5-10 hari. Berikut ini deretan gejalanya, sebagaimana dijelaskan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
- Demam
- Meriang
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Ruam
- Mual dan muntah
- Nyeri di dada
- Sakit tenggorokan
- Sakit perut dan diare.
Jika gejalanya semakin parah, maka pasien bisa mengalami gejala berikut ini.
- Penyakit kuning
- Radang pankreas
- Penurunan berat badan drastis
- Delirium (kondisi ketika seseorang mengalami kebingungan parah)
- Syok
- Gagal hati
- Pendarahan masif
- Disfungsi multi-organ.
Bagaimana penularannya?
Virus Marburg merupakan virus yang berasal dari hasil kontak langsung yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus. Namun, tidak diketahui bagaimana virus tersebut pertama kali menular ke manusia.
Sama seperti virus Corona, virus ini bisa menyebar dengan cepat jika seseorang yang terinfeksi melakukan kontak langsung dengan orang sehat, terutama melalui kontak kulit, keringat, dan cairan tubuh lainnya.