Bumi Pernah Hampir Kehilangan Oksigen

Ilustrasi bumi
Sumber :
  • Pixabay/Steven Goddard

VIVA – Bumi yang saat ini secara permanen bisa menampung atmosfer beroksigen, ternyata membutuhkan waktu lebih dari 100 juta tahun lebih lama dari yang diperkirakan ilmuwan sebelumnya untuk bisa melakukan itu, menurut sebuah studi baru. 

Jawa Timur Masuk Musim Hujan, BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem

Ketika Bumi pertama kali terbentuk 4,5 miliar tahun yang lalu, atmosfer hampir tidak mengandung oksigen. Tetapi kemudian 2,43 miliar tahun yang lalu, sesuatu terjadi. Kadar oksigen mulai naik, kemudian turun, disertai dengan perubahan besar pada iklim, termasuk beberapa glasiasi yang mungkin telah menutupi seluruh dunia dengan es. 

Tanda kimiawi yang ada di bebatuan yang terbentuk selama era ini menunjukkan bahwa pada 2,32 miliar tahun yang lalu, oksigen adalah fitur permanen yang ada di atmosfer, dikutip dari situs Live Science, Sabtu 10 April 2021.

Percaya atau Tidak, 10 Ras Alien Ini Pernah Berhubungan dengan Bumi 

Tetapi, sebuah studi baru yang menyelidiki periode setelah 2,32 miliar tahun lalu menemukan bahwa tingkat oksigen masih terus berputar hingga 2,22 miliar tahun yang lalu, ketika planet ini akhirnya mencapai titik kritis permanen

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 29 Maret 2021 memperpanjang durasi apa yang oleh para ilmuwan disebut Great Oxidation Event hingga 100 juta tahun. Ini juga mengkonfirmasi hubungan antara oksigenasi dan perubahan iklim yang masif.

Kembangkan Desa Wisata Kampung Nelayan, Arutmin Indonesia Raih Penghargaan Subroto 2024

Oksigen yang tercipta dalam peristiwa Great Oxidation dibuat oleh cyanobacteria laut, sejenis bakteri yang menghasilkan energi melalui fotosintesis. Produk sampingan utama fotosintesis adalah oksigen dan cyanobacteria awal yang akhirnya menghasilkan oksigen yang cukup untuk membentuk Bumi kembali. 

Tanda perubahan ini terlihat pada batuan sedimen laut. Dalam atmosfer bebas oksigen, batuan ini mengandung beberapa jenis isotop belerang. Kemudian ketika oksigen melonjak, isotop belerang ini menghilang karena reaksi kimia yang membuatnya melenyapkan oksigen.

Ahli geologi di University of California, Andrey Bekker, telah lama mempelajari kemunculan dan hilangnya sinyal isotop belerang ini. Mereka dan peneliti lain telah memperhatikan bahwa naik turunnya oksigen di atmosfer tampaknya mengikuti tiga glasiasi global.

Namun anehnya, glasiasi keempat dan terakhir dalam periode itu tidak terkait dengan perubahan kadar oksigen di atmosfer.

Ilustrasi kecerdasan buatan (AI).

AI Membawa Dampak Negatif bagi Bumi

Puluhan juta perangkat dibuang setiap tahun. Kemunculan AI generatif dinilai hanya akan memperburuk keadaan Bumi lantaran lebih banyak sampah elektronik berbahaya.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024