Haruskah Rayakan April Mop di Tengah Wabah Virus Corona?
- Pixabay
VIVA – Tradisi tahunan budaya barat yang identik dengan hiburan lelucon yaitu April Fools Day atau April Mop yang jatuh setiap tanggal 1 April tiap tahunnya sepertinya harus dipertimbangkan perayaannya di tengah wabah Corona, COVID-19 saat ini.
Hal itu sama seperti yang dijelaskan oleh perusahaan teknologi multinasional dan juga raksasa search engine Internet, Google. Mereka mengatakan akan membatalkan tradisi tahunan berbagi lelucon April Mop di Platform perusahaannya untuk menghormati mereka yang kini sedang berjuang melawan penyebaran virus corona.
Berita tersebut di dapat oleh media Business Insider melalui e-mail internal dari Google. Lainnya, Forbes melaporkan bahwa Google ingin memastikan bahwa prank di Hari April Mop ini intensitasnya lebih kecil dan perayaan paskah 1 April pada Google Doodle tidak diterbitkan kata manajer mereka.
Masyarakat dunia juga diimbau untuk dapat bijak dalam mengeluarkan prank ataupun lelucon di tengah situasi darurat kesehatan masyarakat seluruh dunia tersebut yang kini jatuh bertepatan dengan hari April Mop. Hal itu disampaikan oleh salah satu penulis buku terkenal.
“Tampaknya memang kita butuh sedikit peka untuk membuat lelucon semacam ini yang benar-benar memiliki tujuan untuk mempromosikan bisnis kalian pada saat begitu banyak orang kehilangan pekerjaan,” kata Alex Boese seorang penulis buku “The Musuem of Hoaxes: A History of Outrageous Pranks and Deceptions dilansir dari USA Today, Rabu 1 April 2020.
Mengingat beratnya wabah pandemi ini, beberapa orang di media sosial menyerukan agar para masyarakat mempertimbangkan untuk sama sekali mengabaikan lelucon April Mop tahun ini. Terutama lelucon yang mengarah dan berkaitan dengan virus corona.
Boese juga berujar bahwa meskipun pesan prank lelucon viral April Mop tahun ini mungkin tidak banyak, peringatan April Mop sejatinya akan terus bertahan.
“Itu bertahan di seluruh perang dunia dan pandemi di masa lalu. Tradisi itu akan mulai lagi tahun depan. Itu berlangsung 500 tahun akan bertahan melalui pandemi ini,” ujarnya.
Ketika kasus-kasus virus corona bertambah, seiring dengan itu juga banyak informasi penipuan dan informasi yang salah menyebar dengan cepat secara online dalam bentuk teori konspirasi, tipuan dan meme.
Tapi Google, Facebook dan Twitter sudah bekerja sama untuk memerangi penyebaran informasi hoax di platform mereka.
Sang penulis berharap semua orang seharusnya akan lebih sadar terhadap kesalahan informasi yang potensial pada 1 April ini. Dia memperingatkan orang-orang iseng agar tidak melewati batas antara humor dan bahaya.
“Leluconmu seharusnya tidak pernah melukai siapa pun, mereka seharusnya tidak melukai orang atau berpotensi menyebabkan luka,” kata Boese.
Memang, humor dapat membawa kesunyian berubah menjadi menyenangkan ketika semua orang dipaksa untuk berdiam diri di rumah pada masa-masa sulit seperti sekarang ini.
Akhir-akhir ini Boese menemukan ada beberapa berita humor di dunia yang berhubungan dengan aplikasi hiburan TikTok. Berita-berita tersebut seperti beberapa orang melakukan prank konyol dan sangat polos yaitu mengubah toilet mereka menjadi wajah lucu.
“Jika kalian memiliki orang iseng di rumah, seseorang yang suka iseng, ini tahun yang baik untuk mengerjai keluarga atau teman kalian di rumah atau siapa pun yang terjebak di rumah. Ini hari dimana aku bisa memprediksi orang tua akan takut.”
Untuk diketahui, sejarah April Mop menurut Boese asal mulanya tidak diketahui. Tapi ia mengatakan bermula pada abad ke-16. Kemudian berkembang pada abad ke-19, ketika banyak anak-anak mengaku akan berperilaku tidak pantas.
Barulah pada abad ke-20 surat kabar dan stasiun radio mulai mengerjai pembaca dan pendengar, kata Boese. Pada abad ke-21, perusahaan mulai menggunakan hiburan April Mop ini sebagai peluang pemasaran untuk membuat iklan lelucon menjadi viral.
Seperti diketahui, data Selasa, 31 Maret 2020, wabah virus corona di AS bahkan telah menewaskan lebih dari 3.400 orang dan membuat 175.000 jiwa positif terinfeksi di AS. Sementara data global 31 Maret 2020, terdapat 697.244 kasus wabah virus corona di 204 negara/ kawasan dan menyebabkan kematian 33.257 jiwa.
Laporan : Abdulah Saputra