Negara Adidaya Ciut Sama Ponsel China, Larang Huawei dan ZTE
- Reuters/Philippe Wojazer
VIVA – Semakin agresifnya China mengembangkan teknologi segala lini ternyata membuat Amerika Serikat was-was.
Enam badan intelijen negeri adidaya itu mengingatkan pemerintahan Presiden Donald John Trump untuk tidak menggunakan produk serta layanan dari dua produk negeri Tirai Bambu.
Mengutip situs The Verge, Kamis, 15 Februari 2018, dua produk yang dimaksud adalah Huawei dan ZTE, sedangkan enam lembaga spionase tersebut yakni CIA, FBI, NSA, Defense Intelligence Agency (DIA), Bureau of Intelligence and Research, serta Intelijen Nasional (National Intelligence).
Keenam lembaga yang tergabung ke dalam Komunitas Intelijen AS itu berbicara di depan Komite Intelijen Senat AS pada Selasa, 13 Februari lalu. Menurut Direktur FBI, Chris Wray, mempercayakan produk Huawei dan ZTE sangat berisiko tinggi karena keduanya dituding melakukan operasi mata-mata di AS.
"Kami sangat prihatin dengan risiko pemberian izin bagi setiap perusahaan atau entitas yang terikat pada pemerintah asing (China) yang tidak memiliki nilai saham untuk mendapatkan posisi strategis di dalam jaringan telekomunikasi kita," kata Wray, mengingatkan.Â
Ia juga menambahkan kalau ini akan memberi 'kemampuan kepada negara asing untuk melakukan aksi jahat seperti memodifikasi atau mencuri informasi yang tidak terdeteksi.'
Apa yang disampaikan Wray ini bukanlah hal yang baru. Komunitas Intelijen AS telah lama mewaspadai Huawei, yang didirikan oleh seorang mantan insinyur di Tentara Pembebasan Rakyat China, yang digambarkan oleh politisi AS sebagai perpanjangan tangan pemerintah China.
Hal ini pernah dibuktikan dengan diblokirnya Huawei agar tidak bisa ikut kontrak kerja dengan pemerintahan AS pada 2014. Saat ini pemerintah AS sedang mempertimbangkan rancangan undang-undang yang membolehkan mereka melarang seluruh pegawai negeri sipil menggunakan smartphone buatan Huawei dan ZTE.
Ketua Komite Intelijen Senat, Senator Richard Burr dari Partai Republik, mengatakan fokus perhatiannya saat ini tertuju ke China, khususnya perusahaan telekomunikasi seperti Huawei dan ZTE.
"Kami memahaminya secara luas kalau mereka (Huawei dan ZTE) memiliki hubungan luar biasa dengan pemerintah China," ungkap Burr.
Pada kesempatan terpisah, melalui pernyataan resminya, Huawei menyebut kalau mereka menyadari banyaknya penolakan dari pemerintah AS terkait bisnisnya di Negeri Paman Sam.
Namun, Huawei menyebut perusahaannya sudah dipercaya oleh pemerintah dan banyak konsumen di 170 negara di seluruh dunia dan tak menimbulkan risiko keamanan siber lebih besar dibanding vendor lain.