Menyambut Imlek, Sains Buktikan Merah Memang Berdaya Kuat
- VIVA/ Isra Berlian
VIVA – Tahun Baru Imlek segera datang dalam hitungan hari. Semarak Imlek sudah terasa di mana-mana. Salah satu yang paling menonjol dalam Tahun Baru Imlek adalah pernak pernik maupun ornamen berwarna merah. Ternyata, warna merah punya sederetan arti penting bagi persepsi orang.
Menurut kultur masyarakat Tionghoa, merah merupakan simbol kebahagiaan. Meski ada kalanya merah dipercaya sebagai penolak bala atau kesialan. Warna merah juga dianggap membawa keberuntungan dan nasib baik bagi semua.
Dalam ilmu psikologi warna, telah menemukan warna merah punya pengaruh mendalam pada suasana hati, persepsi dan tindakan manusia.
Dikutip dari BBC, Rabu 14 Februari 2018, orang yang mengenakan warna merah bisa mengubah fisiologi dan keseimbangan hormon. Warna merah juga punya kekuatan, yakni mengubah penampilan Anda dalam sebuah panggung kompetisi.
Studi dua psikolog Universitas Durham Inggris, Russell Hill dan Robert Barton pada 2004 menunjukkan makna dan kekuatan penting dari warna merah.
Dalam studinya, kedua psikolog ini mengambil sampel atlet yang berlaga pada Olimpiade 2004. Keduanya membandingkan atlet tinju dan taekwondo yang mengenakan pakaian merah atau biru secara acak. Bagaimana kans atlet tang memakai merah dan biru.
Dalam pertandingan, Hill menemukan atlet yang mengenakan pakaian atau atribut merah hanya punya peluang 5 persen lebih untuk memungkinkan memenangi laga dibandingkan atlet yang mengenakan atribut biru. Meski kecil tapi warna merah unggul dibanding warna biru.
Studi itu kemudian memicu eksperimen dampak warna merah lain dalam olahraga sepak bola. Tim meneliti algojo penalti yang berhadapan dengan kiper berkaos merah. Hasilnya, algojo penalti cenderung gagal menceploskan si kulit bundar jika kiper berpakaian merah.
‘Magis’ warna merah
Studi kedua psikologi itu mendorong pendalaman tentang warna dan efeknya. Peneliti Universitas Rochester di New York Amerika Serikat, Andrew Elliot menuturkan, efek warna memang masih menjadi perdebatan. Elliot menunjukkan, beberapa hasil studi orang yang memakai warna merah merasa lebih dominan, memicu peningkatan denyut jantung dan dorongan hormon testosteron yang bisa meningkatkan kinerja. Studi lain juga menunjukkan, warna merah bisa mengintimidasi pesaing.
"Jika Anda melihat merah, Anda akan merasa takut dan status gentar pada diri Anda. Testosteron Anda akan turun," jelas Elliot.
Bicara soal penampilan, dalam serangkaian eksperimen Tim Elliot menemukan, pria maupun wanita yang mengenakan warna merah dinilai lebih menarik dibanding mengenakan warna lainnya. Pelayan dengan baju warna merah cenderung mendapatkan tip lebih besar dari pelanggan pria, mengenakan t-shirt merah meningkatkan kesempatan wanita mendapatkan tumpangan kendaraan.
Dalam beberapa konteks, Elliot mengingatkan warna merah bisa bermakna negatif. Warna merah bisa memancing emosi lain yang tak diinginkan.
"Jika warna merah terang memicu agresi, itu bisa negatif," jelas Elliot.
Menurutnya, persepsi merah telah berevolusi dalam kejadian dan pengalaman penting sejarah kehidupan dan peradaban manusia.
"Merah adalah warna buah batang, wajah marah di hadapan Anda dan orang menunjukkan gairah seksual," tuturnya. (ren)