Kata Quraish Shihab Soal Bumi Datar, Wajib Baca

Prof Dr Quraish Shihab, ulama ahli ilmu tafsir Alquran, menjadi khatib salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Minggu pagi, 25 Juni 2017.
Sumber :
  • quraishshihab.com

VIVA – Perdebatan bentuk bumi datar masih seru sampai saat ini. Pendukung bumi datar kukuh meyakini bentuk bumi itu datar. Bahkan di antara pendukung bumi datar itu, menguatkan gagasannya itu dengan mendasarkan pada ayat Alquran. Keyakinan pendukung bumi datar itu bertentangan dengan fakta ilmu pengetahuan yang menunjukkan bentuk bumi itu bulat.

Sosialisasi Majelis Hukama Muslimin dan Bedah Buku Tafsir Bayani: Mengungkap Paradigma Bahasa dalam Kosakata Al-Qur'an

Mengenai perdebatan tersebut, pakar tafsir Alquran, Quraish Shihab meluruskan pemaknaan soal bumi itu datar. Di dalam Alquran, ayat yang menunjukkan bumi itu datar yakni terkait dengan bumi dihamparkan oleh Allah. 

Quraish Shihab menjelaskan, terdapat dua istilah kunci terkait konteks bumi datar di dalam Alquran yakni kata menciptakan (khalaqa) dan menjadikan (ja'ala). 

Banyak Tokoh di Dunia Ingin Belajar Toleransi di Indonesia

Mantan Menteri Agama ini menjelaskan, dua istilah itu berbeda penjelasannya. Untuk kata khalaqa dalam konteks bumi, berkaitan dengan bentuk bumi sedangkan kata ja'ala berkonteks dengan permukaan datar bumi. 

"Kalau yang di Alquran itu khalaqa, yang berarti Allah menciptakan. Itu bentuk, kalau bumi ada dikatakan ja’ala itu (Allah) menjadikan. Bentuknya bulat, diciptakan bulat atau lonjong tapi dijadikan untuk manusia yang hidup di permukaan bumi itu dia (permukaan) terus datar. Ke manapun Anda pergi Anda tidak akan lihat (bulat permukaan), selama di bumi Anda akan lihat itu datar, bukan bulat," jelas Quraish dalam saluran video Najwa Shihab topik Islam Segala Zaman di YouTube, dikutip Rabu 24 Januari 2018. 

Dialog MHM, Quraish Shihab Luruskan Kesalahpahaman dalam Memahami Toleransi

Dia menjelaskan, penafiran ja’ala di Alquran dalam konteks ini, berarti menjadikan sesuatu itu menjadi bermanfaat. Dia menyontohkan dengan penafsiran kata ja’ala dalam ayat penciptaan laut. 

"Dan ‘Kami jadikan laut’, itu maksudnya untuk diambil, dimanfaatkan. 'Kami menciptakan' itu berbeda dengan 'Kami menjadikan'. Yang disebut di Alquran spesifik soal bumi datar, itu (kata) menjadikan, bukan menciptakan," jelasnya. 

Untuk itu, dia menegaskan, perlu ketelitian dalam menafsiran sebuah kata di dalam Alquran. Sebab penafsiran atas Alquran bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. 

Dia menyontohkan, ulama dahulu menafsirkan firman Allah tentang 'Tuhan mengetahui apa yang dikandung oleh seorang wanita'. Quraish menjelaskan, ayat ini dahulu diartikan oleh ulama bahwa Tuhan mengetahui jenis kelamin anak yang dikandung wanita, apakah laki-laki atau perempuan. 

Dengan perkembangan teknologi, penafsiran itu akan dijawab dengan teknologi USG, yang bisa melihat rupa dan jenis kelamin bayi.   

"Sekarang tidak lagi ditafsirkan seperti itu. Jadi kita akan berkata Tuhan mengetahui apa yang ada di dalam rahim perempuan itu, mengetahui nasibnya, rizkinya, kulitnya, masa depannya dan sebagainya," tuturnya. 

Dengan demikian, menurutnya, penafsiran akan berpotensi berubah sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk dengan konteks bentuk bumi datar. 

"Misalkan kita mempertahankan bumi itu datar, mungkin orang akan menertawakan kita," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya