COO PT Liga Indonesia Baru soal Marquee Player

Go-Jek Traveloka Liga 1 Siap Digelar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Salah satu terobosan GoJek Traveloka Liga 1 adalah menerapkan sistem marquee player. Terobosan ini diharapkan mampu jadi penambah daya tarik kompetisi.

Tengok saat Persib Bandung pastikan mengontrak resmi Michael Essien yang pernah merumput bersama Chelsea di Premier League Inggris. Media ramai memberitakannya, publik sepakbola Tanah Air juga menyambut baik.   

Erick Thohir: Jangan Mimpi Liga Indonesia Masuk Papan Atas Asia

Begitu pula ketika Persib kembali deklarasikan rekrutan pemain asing topnya. Mereka gaet Carlton Cole yang sempat merumput bersama West Ham United di Premier League Inggris. Aksi Essien dan Cole berkostum Maung Bandung kini dinantikan.

Terobosan terkait marquee player menyiratkan tujuan ganda, yaitu membangun brand dan bisnis klub serta meningkatkan performa dan pencapaian klub. Sekuat apa keyakinan terobosan itu betul-betul bakal sukses? Tigorshalom Boboy selaku COO PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang bidani terobosan itu menjelaskannya.

Bungkam Persik Jadi Momentum Kebangkitan Persib Bandung

Berikut petikan wawancaranya:

Seperti apa persisnya regulasi pemain asing di GoJek Traveloka Liga-1 2017?

Arema FC Kenalkan 'Jubah Perang' Baru

Regulasi bagi klub kontestan GoJek Traveloka Liga-1 2017 memungkinkan mereka punya empat pemain asing. Komposisinya, dua pemain asing non-Asia, satu pemain asing Asia, dan satu marquee player.

Betulkah marquee player berarti pemain mahal dan pemain asing biasa berarti murah?

Tidak seperti itu pengertiannya. Marquee player tidak dibatasi dengan harga. Di beberapa negara lain, memang ada pembatasan harga, yakni marquee player dipatok dengan harga tertentu. Regulasi di Indonesia tak begitu.

Regulasi soal marquee player di GoJek Traveloka Liga-1 2017 mengharuskan si pemain pernah tampil di putaran final Piala Dunia. Ini demi menjamin jam terbang dan kualitas marquee player.

Bagaimana kalau pemain itu hanya jadi cadangan saat membela tim nasional negaranya di putaran final Piala Dunia?

Terpenting si pemain masuk tim nasional negaranya yang tampil di putaran final Piala Dunia. Ia tidak harus selalu jadi pemain inti karena pasti banyak faktor ikut menentukan pilihan pelatih.

Jadi, jika belum pernah membela tim nasional negaranya di putaran final Piala Dunia tidak boleh didaftarkan sebagai marquee player?

Tidak begitu juga. Ada parameter lain, yakni si pemain pernah terdaftar di klub yang berkiprah di 6 liga top Eropa, dalam setahun terakhir. Enam liga top Eropa itu adalah BBVA Spanyol, Bundesliga Jerman, Premier League Inggris, Serie A Italia, Liga Zon Zagres Portugal, dan Eredivisie Belanda.

Lalu, kenapa saat ada klub lain menyebut status pemainnya sebagai marquee player dampaknya tak seheboh saat Persib mendatangkan Essien?

Itu bisa bergantung strategi promosi klub atau popularitas si pemain. Yang pasti, regulasi terkait marquee player diberlakukan buat menarik minat sponsor di negara-negara yang sepakbolanya belum maju. Ada sisi bisnis yang terjamin berkat kualitas si pemain yang di atas rata-rata.

Mungkin saja ada marquee player tidak sepopular Essien, tapi ia punya kualitas teknik mumpuni. Nah, saat klub merekrutnya tentu saja kehebohannya tak sedahsyat saat Persib datangkan Essien.

Muncul anggapan klub memaksakan diri mengangkat pemain asing jadi marquee player hanya demi mansiasati kuota pemain asing. Apa tanggapan Anda?

PT LIB bakal mencermati secara ketat setiap pergerakan klub. Lagipula, klub bakal berhitung dari risiko biaya. Tarif marquee player kan lebih tinggi. Tengok Wiljam Pluim yang merapat di PSM Makassar. Awalnya ia sendiri memang tak tahu kalau termasuk marquee player. PT LIB meloloskan karena tahu ia berkualitas marquee player.

Selain brand, bisnis klub, kualitas klub GoJek Traveloka Liga-1 2017, ada sisi positif lain terkait regulasi marquee player?

Buat merekrut marquee player, klub keluarkan dana besar. Dan, ini bisa jadi gambaran umum tentang kondisi finansial klub. PT LIB pun jadi punya parameter tambahan buat mendeteksi keadaan klub.

Berapa klub di Indonesia sebenarnya yang punya kemampuan mengontrak marquee player mengingat harganya yang tidak murah?

Jumlahnya masih sangat terbatas. Apalagi, ada salary cap yang diberlakukan PSSI kepada setiap klub. Anggaran gaji pemain tak boleh melebihi total Rp 5-15 miliar. Jumlah itu di luar gaji marquee player. Jadi, klub sehat atau sebaliknya bisa juga diukur dari sisi itu. (one)

Laporan: Bramono

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya