5 Faktor di Balik 'El Collapsico' Barcelona

Pelatih Barcelona, Luis Enrique.
Sumber :
  • REUTERS/Juan Medina

VIVA.co.id – Hilang sudah keunggulan 9 poin Barcelona dari 2 rival terdekatnya. Real Madrid mengintai di posisi 3 dengan selisih hanya 1 poin. Atletico Madrid di peringkat 2, bahkan sudah menyamai 76 poin milik Barca, hanya kalah head to head.

Luis Enrique dan Wakil Tuan Rumah Mundur dari India Open 2022

Dilansir dari Mirror pada Senin, 18 April 2016, pelatih Luis Enrique hanya bisa berharap, timnya memenangkan 5 laga sisa jika ingin tetap menjadi juara La Liga. Copa del Rey adalah satu trofi lainnya, yang masih bisa diraih Barcelona musim ini, dengan menghadapi Sevilla di final pada Mei mendatang.

Banyak pihak bertanya-tanya, apakah Barcelona sekarang lebih baik dibanding pada masa Pep Guardiola. Namun, kegagalan Barcelona menjadi tim pertama yang bisa menang Liga Champions 2 kali berturut-turut, seolah sudah menjawab pertanyaan.

Eks Pelatih Barcelona Lega Bawa Spanyol Lolos ke Piala Dunia 2022

Camp Nou seperti menjelma jadi tempat yang sunyi, dengan 4 kekalahan dalam 5 pertandingan terakhir Barca. Kontributor Mirror di Spanyol. Ed Malyon, menyebut ada 5 faktor di balik El Collapsico atau runtuhnya kedigdayaan Barca.

  1. Keputusan Luis Enrique
Luis Enrique Tidak Benci Real Madrid

Banyak pelatih atau manajer tim, segera pasang badan mengambil tanggung jawab, setiap kali hasil tidak seperti diharapkan. Begitu juga Enrique. Dia melindungi pemainnya, dan menyatakan bertanggungjawab penuh, atas serentetan kekalahan yang dialami Barcelona.

Pada sebagian kasus, ada batas di mana seorang pelatih harus mulai mengkritik pemainnya. Tapi, dalam kasus Barcelona, Enrique memang sepantasnya menanggung beban. Keputusannya banyak dipertanyakan, karena tidak memberi waktu istirahat bagi 3 penyerang andalannya, trio MSN.

Lionel Messi, Luis Suarez, Neymar, selalu diturunkan di setiap pertandingan, kecuali mereka cedera. Enrique dinilai tidak membuat keputusan yang tepat, kapan harus melakukan rotasi, serta tidak tahu kapan dan siapa yang harus diganti dalam setiap pertandingan.

  1. Kelelahan

3 megabintang Barcelona ini seolah tidak bisa dihentikan, sejak awal hingga paruh musim ini. Namun, kelelahan jelas memiliki dampak negatif pada kondisi dan performa mereka. Masa pemulihan diperlukan bagi semua pemain. Trio MSN adalah manusia, bukan dewa yang tidak pernah merasa lelah.

Luis Suarez sudah bermain penuh, tanpa sekali pun ditarik keluar dalam 30 pertandingan La Liga, serta 9 laga Liga Champions. Suarez dan Neymar adalah 2 dari 15 pemain di La Liga, yang memegang catatan waktu bermain terbanyak di La Liga. Messi bakal lebih banyak, jika tidak mengalami cedera.

  1. Kesalahan Perekrutan Pemain

Barcelona membutuhkan pemain, yang bisa selalu bahagia hanya berada di belakang trio MSN, tapi bisa memberi pengaruh saat menggantikan salah satu dari tiga megabintang. Saat Messi cedera, posisinya digantikan oleh Munir El-Haddadi dan Sandro Ramirez.

Keduanya, total menjalani 16 pertandingan di La Liga dan Liga Champions, tapi hanya bisa mencetak 3 gol. Barca tidak punya pemain pelapis yang cukup tajam, pemain fleksibel yang mampu bermain pada 3 posisi di lini depan. Paling disorot adalah tidak adanya pemain yang bisa menggantikan peran Luis Suarez.

Arda Turan ternyata tidak bisa tampil seperti diharapkan. Keberadaannya di lini tengah Barcelona, justru membuat tim Enrique terlihat rapuh.

Selanjutnya... Penolakan Neymar

  1. Penolakan Neymar

Selama beberapa bulan dimulainya musim ini, Neymar terlihat pantas menjadi pemain terbaik di Eropa. Terutama saat Messi cedera, penyerang asal Brasil itu seperti tidak bisa dihentikan. Dia terlihat begitu mudah mencetak gol, seolah bisa melakukannya sambil menutup mata dan tertawa.

Selepas paruh musim, performanya mulai menurun. Neymar mencetak 18 gol antara September-November, dan hanya 6 gol antara Februari-April. Produktivitasnya menurun sebanyak 66 persen, sejak Barca melarangnya pulang ke Brasil untuk merayakan ulang tahun, membuat negosiasi kontraknya juga diklaim ikut terpengaruh.

  1. Nasib Sial

Bagaimana operan Ivan Rakitic berbelok ke gawang sendiri, sehingga menjadi gol bunuh diri saat laga melawan Valencia, Minggu 17 April 2016, dijadikan contoh nasib buruk oleh Enrique. Barcelona memang tampil sangat bagus, tapi selalu menemui kegagalan dalam penyelesaian, yang diterjemahkan mereka sebagai nasib sial.

"Sangat normal untuk frustrasi dengan wasit, lawan, nasib sial," kata Enrique. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya