7 Klub Indonesia yang Hobi Berpindah-pindah Kota
- viva.co.id / Dyah Pitaloka
VIVA.co.id - Pembelian saham atau takeover suatu klub bukanlah hal yang aneh di dunia sepakbola. Klub-klub besar Eropa banyak yang mulai dikuasai penguasa asing seperti Roman Abramovich di Chelsea, Manchester City yang dikuasai Khaldoon Al Mubarak, ataupun Inter Milan yang kini diambil alih Erick Thohir.
Lazimnya, klub tersebut tak berpindah markas ataupun kota. Pemilik baru menginvestasikan dana untuk klub tersebut, dan klub tetap bermarkas di tempat yang sama.
Fenomena unik justru terjadi di Indonesia. Pembelian klub bisa berarti klub tersebut pindah kota, bahkan sampai lintas pulau. Dan ini sudah terjadi di beberapa klub.
Berikut ini 7 tim Indonesia yang sering berpindah kota, seperti dihimpun VIVAbola:
1. Sriwijaya FC: dari Jakarta Timur, Solo, ke Palembang
Sriwijaya FC merupakan salah satu tim paling sukses di Tanah Air. Laskar Wong Kito tercatat sebagai tim Indonesia pertama yang meraih gelar ganda atau double winners, pada 2008. Mereka juga pernah 3 kali beruntun meraih gelar Piala Indonesia pada 2008 hingga 2010.
Tapi, tahukah Anda jika Palembang bukanlah homebase pertama Sriwijaya? Klub ini awalnya bermarkas di Jakarta Timur pada 1976 dengan nama Persijatim Jakarta Timur. Setelah itu, pada 2002, mereka pindah ke Solo dengan alasan finansial, dan berganti nama menjadi Persijatim Solo FC.
Ternyata hanya 2 tahun Persijatim bertahan di Solo. Pada 2004, klub ini dibeli Gubernur Sumatera Selatan, Syahrial Oesman, dan berganti nama menjadi Sriwijaya FC. Klub ini kini dimiliki oleh PT Sriwijaya Optimis Mandiri.
2. Persipasi Bandung Raya (PBR): dari Jakarta, Solo, Cilegon, Purwakarta, Karawang, Bandung, Bekasi
Mungkin banyak yang bingung melihat ada tim berkostum hijau, dengan nama Persipasi Bandung Raya (PBR) di Piala Jenderal Sudirman. Padahal, di Liga Super Indonesia (ISL) musim lalu klub ini tak tampak.
Usut punya usut, klub ini awalnya bernama Pelita Bandung Raya dan bermarkas di Bandung. PBR berganti nama menjadi Persipasi Bandung Raya usai merger dengan Persipasi Bekasi yang membeli kepemilikan saham dari PT Kreasi Performa Pasundan.
PBR merupakan klub yang paling sering berganti kota. Dulunya, klub ini bernama Pelita Jaya dan didirikan pada 1986. Bermarkas di Jakarta, mereka merupakan penguasa Galatama dengan 4 kali juara. Di masa keemasannya, Pelita Jaya sempat diperkuat bintang dunia di antaranya Mario Kempes (Argentina) dan Roger Milla (Kamerun).
Klub ini lalu berkali-kali berganti nama dan juga homebase, seiring dengan pergantian saham. Dari mulai Pelita Mastrans (Jakarta), Pelita Jakarta, Pelita Bakrie (Jakarta), Pelita Solo (Solo), Pelita Krakatau Steel (Cilegon), Pelita Jaya Purwakarta (Purwakarta), Pelita Jaya Jawa Barat (Bandung), dan Pelita Jaya Karawang (Karawang), Pelita Bandung Raya (Bandung), hingga kini menjadi Persipasi Bandung Raya.
3. Mitra Kukar: dari Surabaya, Palangkaraya, ke Kutai Kartanegara
Mitra Kukar saat ini dikenal sebagai klub Tanah Air yang diperkuat banyak pemain bintang. Namun, ternyata, Kutai Kartanegara bukanlah homebase pertama tim berjuluk Naga Mekes ini.
Surabaya adalah kota pertama Mitra Kukar. Di tahun 1979, klub ini bernama Niac Mitra yang juga dikenal sebagai Mitra Surabaya. Niac Mitra tergolong klub yang disegani dengan raihan 3 gelar Galatama. Mereka bahkan pernah mengalahkan Arsenal 2-0 dalam laga persahabatan yang berlangsung pada 16 Juni 1983 di Stadion Gelora 10 November.
Tahun 1999, Mitra Surabaya terdegradasi ke Divisi Satu Liga Indonesia. Klub ini akhirnya dibeli pemilik Barito Putera dari Banjarmasin yakni Sulaiman HB dan pindah markas ke ibu kota Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Sejak saat itu Mitra Surabaya berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra (MKP).
Kesulitan keuangan membuat klub ini kembali berpindah kota pada 2003 ke Kutai Kartanegara. Mereka pun resmi berganti nama menjadi Mitra Kukar sejak 2005, setelah dijual dengan harga Rp1,5 miliar.
4. Bali United: dari Samarinda ke Bali
Fenomena perpindahan markas ternyata begitu tren akhir-akhir ini. Bukan hanya PBR yang berpindah markas dari Bandung ke Bekasi, Putra Samarinda juga mengambil langkah serupa.
Berbeda dengan PBR yang masih menggunakan akronim nama lama, perubahan Putra Samarinda tergolong drastis. Pada 19 Desember 2014, klub ini berganti markas ke Bali dan berganti nama menjadi Bali United.
Tersingkirnya Putra Samarinda ke Bali tak lepas dari didirikannya Pusamania Borneo FC pada pada 7 Maret 2014. Untuk meningkatkan daya jual dan prestasi, Putra Samarinda (Pusam) berubah nama menjadi Bali United Pusam. Dengan demikian, tim yang berjuluk Pesut Mahakam itu akan pindah dari Stadion Palaran, Samarinda, ke Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
5. Pusamania Borneo FC: dari Bangkalan ke Samarinda
Awal mula Pusamania Borneo FC ternyata bermula dari Perseba Super Bangkalan. Pemilik Pusamania Borneo FC, Nabil Husein, mengucurkan Rp3 miliar untuk membeli lisensi tanding klub asal Madura tersebut di Divisi Utama Indonesia.
Tepat pada 7 Maret 2014, Perseba resmi berganti nama menjadi Pusamania Borneo FC dan bermarkas di Stadion Segiri, Samarinda.
6. Persires Sukoharjo: dari Rengat, ke Bali, Cirebon, Kuningan, lalu ke Sukoharjo
Kasus yang dialami Persires mungkin mirip dengan yang dialami PBR. Klub ini beberapa kali harus berjalan-jalan dari satu kota ke kota lain di Indonesia, tergantung dari pemilik saham.
Klub ini awalnya didirikan pada 1970 dengan nama Persires Rengat. Persires bermarkas di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Indonesia.
Pada 2013, klub ini merger dengan Bali Devata dan berganti nama menjadi Persires Bali Devata. Bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Bali, mereka berpartisipasi di Liga Primer Indonesia di saat ada dualisme kompetisi di Tanah Air.
Ternyata, itu bukan kali terakhir Persires berganti nama. Pada 2013, mereka dibeli Pemerintah Kabupaten Cirebon dan berganti nama menjadi Persires Cirebon FC. setelah itu mereka kembali pindah ke Kuningan dan berubah menjadi Persires Kuningan.
Pada 2015, mereka pindah ke Sukoharjo dan menjadi Persires Sukoharjo. Persires sempat berpartisipasi di Piala Kemerdekaan bentukan Tim Transisi.
7. Persikad Purwakarta: dari Depok ke Purwakarta
Perpindahan homebase juga dialami oleh Persikad. Kesulitan keuangan membuat klub ini harus hijrah dari Depok ke Purwakarta.
Persikad mengalami kesulitan keuangan sejak 2009. Bahkan, mereka sempat berutang 11 bulan gaji kepada para pemainnya. Pemerintah Purwakarta membeli Persikad dari Depok pada2015 ini. Mereka pun berganti nama menjadi Persikad Purwakarta. (one)