Chatib Basri Beberkan Sektor yang Mampu Bertahan di Tengah Pandemi

Muhammad Chatib Basri.
Sumber :
  • Chandra Gian Asmara/VIVA.co.id

VIVA – Ekonom Chatib Basri mengatakan, saat banyak sektor industri terpuruk akibat dampak ekonomi dari wabah Covid-19, ternyata ada beberapa sektor yang masih mampu bertahan dari gejolak tersebut.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Beberapa sektor itu, misalnya sektor pendidikan dan kesehatan, khususnya yang menerapkan sistem online dalam kinerjanya di tengah pandemi seperti saat ini.

"Jadi sektor yang berhubungan dengan kesehatan itu relatif masih oke, atau yang paling tinggi pertumbuhannya itu adalah sektor farmasi online," kata Chatib dalam telekonferensi, Kamis, 25 Juni 2020.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Dia menambahkan, "Jadi untuk pembelian obat secara online, itu tercatat masih berjalan baik." 

Chatib lantas menjelaskan alasan sektor online itu masih bisa relatif berjalan dengan baik, di tengah pandemi saat ini. Menurutnya, esensi dasar dari ekonomi adalah pasar, di mana aktivitas ekonomi itu masih akan berjalan jika pasarnya ada. 

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Definisi pasar itu sendiri, menurut dia, adalah tempat pertemuan orang untuk melakukan barang dan jasa, baik secara virtual atau physical. Namun, dengan adanya social distancing, jenis pasar yang physical pun tidak diperbolehkan. "Makanya semua aktivitas ekonomi yang membutuhkan physical pasti kolaps, kecuali dia pindah ke online," kata Chatib.

Dia mengakui, hal itu yang menjelaskan kenapa dari pertumbuhan GDP berdasarkan industri, sektor komunikasi dan informasi juga masih tetap berjalan baik di tengah pandemi Covid-19 ini. "Karena tentunya, banyak orang yang membeli data internet dan telekomunikasi, guna mengganti pola offline ke online tersebut," ujar Chatib.

Di sisi lain, Chatib mengakui, aspek daya beli hampir di semua sektor, juga mengalami penurunan yang lumayan drastis. Bahkan nilai tukar petani juga mengalami penurunan yang sangat tajam, sebagaimana sektor housekeeper yang sejak Februari 2020 lalu juga terpantau anjlok.

"Jadi apa yang bisa kita lihat? Saya pribadi tidak terkejut apabila ada survei yang menunjukkan bahwa memang terjadi pemburukan situasi di bulan Juni, dibandingkan bulan Maret 2020 lalu," kata Chatib.

Meski demikian, Chatib melihat adanya sedikit optimisme masyarakat dalam beberapa waktu terakhir di bulan Juni ini. Dia memperkirakan hal itu karena adanya wacana pemberlakuan new normal.

Sebab, sebagian masyarakat memang berharap dan beranggapan bahwa apabila new normal nantinya berhasil diterapkan, hal itu akan membantu perekonomian agar cepat pulih.

"Ini yang saya kira kemudian mendorong ekspektasi (masyarakat) bahwa akan ada situasi yang lebih baik ke depan setelah new normal. Dan itu juga yang mendorong mengapa mayoritas itu setuju jika new normal itu dilakukan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya