Skuad Lebih Mahal, Kok Timnas Indonesia Dibantai Australia?
- AP Photo/Mark Baker
VIVA – Digadang-gadang bakal kalahkan Australia, Timnas Indonesia malah terkapar dibantai tuan rumah.
Skuad Garuda kalah 1-5 saat bertandang ke markas Australia di Stadion Sydney, Kamis 20 Maret 2025 dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Timnas Australia menang di laga ini berkat sepasang gol Jackson Irvine dan masing-masing satu gol dari Martin Boyle, Nishan Velupillay, dan Martin Boyle. Sementara Skuad Garuda bisa memperkecil kedudukan berkat gol Ole Romeny.
Berkat kemenangan ini, Timnas Australia semakin kokoh di peringkat kedua klasemen grup C dengan raihan 10 poin. Sementara Skuad Garuda harus melorot ke peringkat kelima dengan raihan enam poin.
Sejatinya, Timnas Indonesia diprediksi bakal meraih poin di kandang Australia. Hal ini tak lepas dari skuad yang terus bertambah.
Untuk laga ini, Timnas Indonesia kedatangan tiga pemain keturunan baru yakni Dean James, Emil Audero dan Joey Joey Pelupessy.
Selain itu, Indonesia memiliki market value alias harga pasar skuad yang lebih tinggi dibandingkan Australia. Menurut data dari Transfermarkt, nilai pasar skuad Indonesia mencapai €36,57 juta (sekitar Rp 648 miliar), sementara Australia hanya berada di angka €25,5 juta (sekitar Rp 434,8 miliar).
Kapten Timnas Indonesia, Jay Idzes saat lawan Australia
- PSSI
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia berada di peringkat FIFA yang lebih rendah, mereka memiliki pemain-pemain yang dihargai lebih tinggi di pasar transfer.
Namun, apa yang membuat Timnas Indonesia kalah telak dari Australia meski para pemainnya memiliki nilai pasar yang tinggi? kemungkinan besar lantaran tim kangguru lebih berpengalaman. bermain bersama dan punya histori dengan Piala Dunia. Ya, mereka adalah tim langganan di turnamen terbesar di bumi ini.
Selain itu, ada perubahan taktik dan strategi di Timnas Indonesia seiring pergantian pelatih.
Pada laga melawan Australia ini, Timnas Indonesia memperagakan permainan garis pertahanan tinggi. Hal ini dimanfaatkan Australia melalui sebuah serangan balik.
Hal ini terlihat dalam gol kedua yang dicetak Nishan Velupilay di menit ke-20. Gol ini memanfaatkan kelengahan lini pertahanan Garuda mengantisipasi serangan balik.
Kemudian, tidak ada gelanda tipikal petarung. Pada era Shin Tae-yong, satu gelandang petarung pasti diturunkan untuk menghidupkan lini tengah pasukan Garuda.
Ivar Jenner kerap jadi starter untuk menjadi perebut bola dan meringankan tugas Thom Haye di lini tengah.
Pada laga ini, Patrick Kluivert menurunkan Thom Haye dan Nathan Tjoe-A-On yang lebih stylist.
Alhasil, lini tengah pasukan Garuda lebih mudah ditembus pada malam ini.
Bola-bola cepat dari pemain Australia gagal dicegah oleh keduanya masuk ke jantung pertahanan Timnas Indonesia.
Kevin Diks saat Timnas Indonesia vs Australia
- PSSI
Selain itu, penyebab kekalahan ini juga karena jarak antar pemain yang terlalu jauh. Dalam laga tersebut, pertahanan pasukan Garuda terlihat sangat renggang dan mudah dieksploitasi lawan.
Beberapa kali terlihat bahwa jarak antar lini pasukan Garuda sangat jauh. Hal ini jadi makanan empuk bagi Australia yang sudah langganan di Piala Dunia.