FIFA Bongkar Gaya Melatih Patrick Kluivert, Timnas Indonesia Harus Menyesuaikan Lagi?
- AP Photo/Peter Dejong
Jakarta, VIVA – Patrick Kluivert resmi menjabat sebagai pelatih Timnas Indonesia. Kabar tersebut disiarkan PSSI melalui media sosial pada Rabu, 8 Januari 2025.
Penunjukkan Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia memunculkan pro dan kontra di kalangan penggemar sepakbola Indonesia. Pasalnya pengalaman Kluivert sebagai pelatih kepala masih sangat minim.
Rapor terakhir Kluivert saat menjadi pelatih adalah saat membesut klub Turki, Adana Demirspor dengan torehan 8 kemenangan dan 6 kali kalah dari total 20 pertandingan.
Meski tidak mentereng, namun FIFA sempat menyoroti kinerja kepelatihan Patrick Kluivert, ketika masih aktif membesut Timnas Curacao.
Dalam salah satu artikel FIFA yang terbit pada 2022 silam, mereka menyebut bahwa gaya melatih Patrick Kluivert sangat berfokus dalam menyerang. Hal tersebut lantaran, saat masih aktif sebagai pemain, Kluivert merupakan striker haus gol yang punya kecepatan.
"Dia selalu percaya pada gaya sepak bola menyerang dan terus menggunakan taktik yang sama dalam perannya sebagai pelatih kepala Curacao," tulis FIFA.
"Tim Curacao meninggalkan 'gaya reaktif' mereka dan mulai membangun serangan dari belakang, memainkan lebih banyak umpan di lapangan dalam upaya untuk mempertahankan penguasaan bola, dan menciptakan gerakan dengan mengandalkan umpan dan kecepatan yang lancar," lanjut tulisan itu.
Melihat pengalamannya saat melatih Adana Demirspor, Kluivert kerap menggunakan formasi 4-2-3-1. Sementara itu Kluivert juga tak jarang menggunakan formasi 4-3-3 jika ia ingin menerapkan konsep Total Football. Formasi tersebut menerapkan rotasi cepat antara menyerang dan bertahan serta rotasi posisi yang dinamis.
Berdasarkan pandangan FIFA, kehadiran Patrick Kluivert diprediksi dapat membawa perubahan signifikan pada gaya bermain Timnas Indonesia. Sebab, sebelumnya Tim Garuda lebih mengandalkan serangan balik dan memperkuat lini pertahanan, kini mereka berpotensi tampil lebih agresif dalam menyerang.
Sebelumnya, Shin Te-yong kerap menggunakan taktik tiga bek tengah dalam formasi 3-4-3 atau 3-5-2. Formasi ini bisa dengan mudah bertransisi ke dalam skema 5-4-1 atau 5-3-2 ketika tim bermain bertahan.
STY juga mengubah gaya bermain timnas Indonesia yang semula bermain mengandalkan kecepatan dan umpan lambung dengan gaya bermain bulid-up dari kaki ke kaki atau umpan pendek.
Adapun, jika melihat rekam jejak dalam kepelatihan, Shin Tae-yong bisa dibilang jauh lebih baik dibandingkan Kluivert. Hal ini karena STY sempat menukangi Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018.
Dalam kompetisi akbar tersebut, anak-anak asuh STY berhasil mengalahkan Timnas Jerman dengan skor 2-0 di Kazan Arena, Rabu 27 Juni 2018.
Lantas, apakah mengganti STY dengan Kluivert merupakan keputusan yang tepat? Hanya waktu yang bisa menjawab.