Sadis, Pengamat Ini Sebut Shin Tae-yong Hanya Pelatih Biasa tanpa Pemain Diaspora
- Facebook Federasi Sepakbola Myanmar
VIVA – Pengamat sepakbola, Kesit B Handoyo menilai pelatih Shin Tae-yong gagal meramu timnas muda yang berlaga di Piala AFF 2024 menjadi pesaing yang tangguh.
Timnas Indonesia kalah 0-1 dari Filipina pada laga pamungkas Grup B Piala AFF 2024 di Stadion Manahan, Solo, Sabtu 21 Desember 2024.
Hasil ini membuat Timnas Indonesia gagal lolos ke semifinal setelah hanya finis di peringkat ketiga. Sedangkan Filipina menjadi runner up dan menemani Vietnam sang pemuncak klasemen.
Kesit Handoyo mengatakan, kekalahan dari Filipina menguatkan kesan bahwa kualitas Shin Tae-yong tergolong biasa tanpa pemain diaspora.
"Bukan maksud membedakan, namun terlihat bagaimana ketika strategi dan taktik tidak bisa berjalan tanpa ditunjang kualitas pemain, maka mutu pelatih pun akan kelihatan. Tanpa pemain diaspora yang sudah didatangkan PSSI, terlihat STY engak bisa apa-apa," ujarnya.
Pertandingan Indonesia vs Filipina di babak pertama berlangsung cukup sengit. Intensitas permainan yang tinggi membuat beberapa pelanggaran tak terhindarkan.
Total, ada 16 pelanggaran yang terjadi selama interval pertama dengan empat kartu kuning dan satu kartu merah. Muhammad Ferrari menjadi sorotan setelah menyikut pemain Filipina di kotak penalti The Azkals.
Bermain dengan 10 pemain, Indonesia mulai menyerang sejak babak kedua dimulai. Namun, gawang Indonesia justru kebobolan melalui tendangan penalti Kristensen setelah tendangan Tabinas mengenai tangan Dony Tri Pamungkas di kotak penalti. Skor 0-1 untuk Filipina.
Pemain Indonesia mencoba untuk merespon gol tersebut. Namun hingga peluit panjang dibunyikan, skor 0-1 untuk kemenangan Filipina tak berubah.
"Memang Timnas di Piala AFF 2024 ini tergolong muda, dengan mayoritas di bawah 22 tahun. Tapi, sejak laga pertama melawan Myanmar, lalu Laos, Vietnam, dan Filipina, permainan mereka tidak berkembang," kata Kesit.
"STY memang mengalami kesulitan ketika dia hanya mengandalkan pemain lokal yang jam terbangnya sedikit, berbeda dengan pemain timnas yang di dominasi pemain diaspora," pungkasnya.