Cerita Maskot Arema: Gunakan Primbon dan Jersey Anti PSSI
- VIVA.co.id/Dyah Pitaloka (7 April 2016)
VIVA.co.id - Sosok seorang pria berkostum singa nyaris tak pernah absen terlihat di Stadion Kanjuruhan ketika Arema sedang bertanding. Tak hanya di Kanjuruhan, "Singa" itu mulai muncul sejak Arema masih bermarkas di Stadion Gajayana Kota Malang, sampai banyak stadion lain di Jawa hingga luar Jawa mengikuti tim kesayangannya itu bermain.
Lalu siapakah pria berkostum singa tersebut? Ternyata namanya adalah Anwar Sudarnadi dan umurnya saat ini sudah menginjak usia 60 tahun. Bukan usia yang muda bagi seorang maskot tim.
Ditemui di kediamannya Jalan Candi blok 2 RT 9 RW 2 Kelurahan Karangbesuki Kecamatan Sukun Kota Malang, Anwar pun bercerita soal alasannya rela berpanas-panasan di balik kostum singa miliknya tiap Arema bertanding.
“Ini karena saya suka bola dan di Malang, kalau saya lahir di Surabaya mungkin saya bisa jadi bonek dan bawa bajul (buaya)," kata Anwar, yang mengaku melakukan semuanya dengan sukarela.
Pria berambut panjang itu mulai memakai kostum singa sejak tahun 1991. Saat itu Anwar tidak sendiri, ada beberapa orang yang juga mengenakan kostum singa dan ikut mendukung Arema sepanjang pertandingan.
Namun dalam perjalanan waktu, hanya Anwar yang konsisten terus menjadi singa ketika mendukung Arema. Semua peralatannya dibuat sendiri oleh Anwar.Bajunya terdiri dari tiga bagian terpisah, celana gantung berwarna cokelat, jersey arema berwarna biru dan kepala singa yang terbuat dari bubur kertas.
Ritual Primbon
Ritual Primbon
Ketika mendukung Arema, Anwar memiliki ritual khusus sebelum berangkat. Pria itu percaya dengan kalender Jawa dan hitungan Jawa yang lain. Saat berangkat dia akan membaca sejumlah pertanda tentang untung atau buntungnya Arema hari itu.
“Kalau ketika berangkat bertemu dengan duka, ada orang yang meninggal, sering kali Arema kalah, paling bagus ya seri. Yang jelas sulit menang," ungkap Anwar.
Meskipun bertemu dengan pertanda duka, Anwar tetap wajib berangkat untuk mendukung Arema di tepi lapangan. Saat masuk di dalam lapangan, Anwar akan berjalan mengelilingi lapangan mengenakan kostumnya dan berakhir di belakang gawang lawan.
Dia akan menentukan arah berputar searah jarum jam atau berlawanan arah, sesuai dengan hasil perhitungan dengan rumus Jawa hari itu.
Anwar lalu akan berdiri di belakang gawang hingga pertandingan usai, dengan menggunakan kostumnya, tak peduli hujan atau panas. Tak ketinggalan simbol burung Garuda yang selalu tertempel pada jersey yang dikenakannya.
“Kalau sudah ada pertanda ketemu orang berduka ya mau gimana lagi, yakin pasti Arema tidak menang. Tapi saya tetap berangkat menonton meskipun dengan hati was-was," katanya.
Jersey Hitam Menentang PSSI
Jersey Hitam Menetang PSSI
Selain ritual khusus, Anwar juga banyak memilki jersey yang digunakan mengikuti perkembangan Arema. Semua jersey miliknya adalah hasil kreasi sendiri yang kemudian dibawa ke tukang sablon kaos.
Pada jerseynya selalu ada simbol burung Garuda yang menempel, bisa berukuran seluas dada di bagian depan atau sekepalan tangan di bagian dada atas.
Simbol Garuda adalah lambang nasionalisme dan kecintaanya pada Indonesia melebihi apapun. “Garuda itu wajib ada, tidak boleh hilang,” tegasnya.
Namun dari sekian banyak jersey miliknya, ada satu jersey yang berwarna hitam. Jersey itu dikenakan dikenakan ketika Aremania dikenai sanksi larangan tak boleh menonton mengenakan jersey Arema di tahun 2008.
Tak ada sedikitpun warna biru, khas "Singo Edan" di jersey tersebut. "Ini waktu Arema disanksi PSSI tak boleh pakai atribut ketika masuk stadion. Kami tetap mendukung dan banyak yang pakai kaos warna hitam waktu itu,” ingatnya.
Kini di usianya yang ke-60, Anwar tetap ingin mendukung Arema hingga tak ada tenaga tersisa. Pria yang menghidupi tiga anak dan istrinya dari bekerja serabutan itu tetap ingin mendukung Arema ketika berlaga di lapangan.
Hanya, Anwar berharap gonjang-ganjing sepakbola yang sedang terjadi di Indonesia segera usai dan Arema kembali merumput di kompetisi resmi. Menurutnya turnamen tak lebih dari sepakbola kelas antar kampung yang tak banyak membantu bagi pembinaan pesepakbola baru.
“Kalau turnamen ini kan kelasnya tarkam, tidak ada pembinaan dan pembibitan jangka panjang. Kompetisi akan lebih bagus karena menyeluruh dan ada kesempatan pembinaan,” ujarnya.
Namun Anwar tetap bahagia melihat Arema menjuarai turnamen Piala Bhayangkara saat ini. Pria setengah baya itu pun tak absen mendukung Arema ketika mengalahkan Sriwijaya dengan skor tipis 1-0 pada laga semifinal di Kanjuruhan 31 Maret lalu. Anwar juga tak ketinggalan mengikuti konvoi juara yang digelar Arema pada hari Rabu, 6 April 2016, kemarin.