Pemain Top Eropa yang Tetap Puasa Ramadhan saat Bertanding
- Twitter/@LaLiga
VIVA Bola - Masih ingat dengan kiper Tunisia yang berpura-pura cedera agar rekan setimnya bisa berbuka puasa di dua laga kualifikasi Piala Dunia 2022?
Kisah tersebut menjadi viral di media sosial dan isu para pemain muslim yang menunaikan ibadah puasa saat bertanding mendapat banyak perhatian di dunia sepakbola.
Sepakbola sejauh ini merupakan olahraga paling populer di dunia dan karena Islam adalah agama terbesar kedua dalam hal penganutnya, pesepakbola Muslim adalah pemandangan yang sangat umum di kompetisi elit sepakbola.
Banyak negara sepakbola tradisional dari Eropa Barat memiliki sejumlah besar pemain Muslim. Misalnya, tim Prancis yang menjuarai Piala Dunia 2018 memiliki tujuh pesepakbola Muslim dengan latar belakang dari berbagai negara Afrika Utara dan Barat.
Karena padatnya jadwal liga-liga top Eropa, banyak pertandingan yang biasanya dimainkan selama Ramadhan, bulan paling suci dalam kalender Islam.
Banyak pesepakbola yang tidak segan-segan berpuasa meski cukup sulit untuk memainkan permainan yang membutuhkan stamina dan kekuatan yang sangat besar tanpa makan dan minum dalam waktu yang sangat lama.
Dilansir Financial Express, gelandang Juventus asal Prancis, Paul Pogba menjadi salah satu pemain yang tetap berpuasa Ramadhan meski harus melakoni pertandingan penting.
Salah satunya saat Pogba masih membela Manchester United. Dia tampil apik saat MU mengalahkan AS Roma 6-2 di semifinal Liga Eropa, beberapa tahun silam.
Pogba tampil luar biasa sepanjang pertandingan dan juga mencetak gol sundulan yang bagus.
Karim Benzema, penyerang bintang Real Madrid, juga dikenal sebagai seorang muslim yang taat yang berhasil mempertahankan performanya di level atas meski berpuasa.
Sadio Mané, Mohamed Salah, Achraf Hakimi, N'Golo Kanté termasuk di antara pesepakbola top yang berpuasa selama pertandingan.
Ada pengecualian untuk kasus ini juga. Misalnya, Mesut Oezil pesepakbola Jerman keturunan Turki ini dikenal sebagai seorang Muslim yang taat.
Tapi dia tidak berpuasa selama Piala Dunia 2014 saat Jerman juara, dengan alasan masalah kesehatan. Banyak pemain muslim lainnya seperti Oezil tidak berpuasa selama hari pertandingan dan menggantinya di kemudian hari.
Manajer dan perangkat pertandingan sangat mendukung fenomena ini di masa lalu. Pada 26 April 2021, pertandingan antara Leicester City dan Crystal Palace di Premier League dihentikan sejenak agar Wesley Fofana dan Cheikhou Kouyate bisa berbuka puasa.
Interval berlangsung kurang dari satu menit dengan kiper Crystal Palace Vicente Guaita menunda tendangan gawangnya saat itu. Kedua pemain mengambil gel energi di tepi lapangan dan dengan demikian menyelesaikan buka puasa mereka untuk hari itu.
Langkah ini sangat dipuji di media sosial dan belakangan diketahui bahwa Dr. Zafar Iqbal, dokter klub Crystal Palace, berperan penting dalam meyakinkan para manajer dan wasit untuk memberikan kesempatan tersebut.
Rekan-rekan pesepakbola dan manajer biasanya cukup mendukung para pemain muslim berpuasa selama Ramadhan.
Manajer Liverpool, Juergen Klopp, saat ditanya apakah puasa para pemain akan memengaruhi performa di lapangan, dia mengatakan, "Dalam hidup ini, ada banyak hal yang lebih penting daripada sepakbola."
Mantan bek Manchester United Rio Ferdinand memuji dedikasi Pogba pada laga melawan AS Roma saat berpuasa. Secara umum, pesepakbola Muslim tidak menghadapi rintangan apa pun dari rekan satu tim, manajer, dan bahkan mantan pemain. Mereka mayoritas sangat mendukung masalah khusus ini.
Namun pertanyaannya, apakah benar-benar mungkin untuk mempertahankan permainan level atas saat berpuasa. Karena seseorang harus menjauhkan diri dari makanan atau minuman apa pun dari matahari terbit hingga terbenam, sangat sulit bagi atlet profesional untuk tetap berdiri, apalagi bermain secara efisien selama pertandingan.
Namun keseluruhan konsep puasa memiliki aspek mental dan spiritual yang signifikan. Pesepakbola yang puasa umumnya cukup termotivasi untuk bermain dan jarang tampil di bawah level biasanya.
Ahli gizi dari banyak klub dan timnas juga terlibat dalam membuat rencana diet komprehensif untuk para pemain sehingga mereka tidak harus menanggung beban fisik yang parah saat berpuasa.
Khususnya di tim nasional seperti Aljazair, Maroko dan Mesir, langkah ini diambil karena sebagian besar pemain di tim tersebut beragama Islam.
Sepakbola menjadi semakin inklusif dan beragam setiap hari dengan pemain yang berasal dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi, agama dan etnis.
Ramadhan adalah waktu terpenting dalam setahun bagi umat Islam. Dengan banyaknya pemain yang mematuhi norma agama sambil memberikan penampilan terbaik, ini bisa mempromosikan pesan perdamaian dan keberagaman.