Gerard Pique Rela Potong Gaji, Juliari Dana Bansos Dikorupsi

Bek Barcelona, Gerard Pique
Sumber :
  • UEFA

VIVA – Pandemi COVID-19 sudah meluluhlantakkan hampir seluruh sendi kehidupan. Bukan cuma berdampak pada kesehatan manusia, tetapi juga memengaruhi kondisi perekonomian.

Di sepakbola, COVID-19 sudah berhasil menyiksa seluruh elemen yang ada di dalamnya, terutama pada tahun 2020. Bukan cuma klub yang merugi, pemain, pelatih, sponsor juga dibuat menjerit akibat efek dahsyat yang ditimbulkan.

Klub-klub besar, menjadi goyang karena pendapatannya tak lagi seimbang dengan pengeluaran untuk gaji pemain-pemain bintang. Para pendukung tidak bisa hadir di stadion yang membuat penjualan tiket harus berhenti total.

Mengambil satu contoh klub besar yang terdampak COVID-19 yaitu Barcelona. Pada awal tahun ini, sebuah laporan keuangan Barcelona telah menggemparkan.

Perpisahan Lionel Messi dengan Barcelona

Photo :
  • twitter.com/FCBarcelona

Blaugrana, bahkan terancam bangkrut karena terlilit utang yang cukup banyak. El Mundo melaporkan, Barcelona memiliki utang mencapai 1.173 juta euro (sekitar Rp 20 triliun).

Pada awal tahun lalu, Blaugrana mencatat pemasukan sebesar 855 juta euro (Rp15 triliun). Jumlah itu didapatkan sepanjang musim 2019/2020. Namun, apa yang mereka dapatkan lebih rendah dari pengeluaran yang mencapai 955 juta euro (Rp16,3 triliun).

Neraca keuangan yang tak seimbang mulai menggerogoti kemewahan Barcelona. Satu per satu pemain andalan pun dilepas. Hal itu sudah terjadi sejak awal musim lalu dengan melego Luis Suarez dan Ivan Rakitic.

Dan yang paling fenomenal dan menggemparkan pecinta sepakbola dunia adalah, pandemi COVID-19 telah menjadi penyebab perpisahan Lionel Messi dengan Barcelona. 

Manajermen Barcelona sebenarnya berat hati mengumumkan kepergian Messi. Namun, sang megabintang asal Argentina itu tak bisa didaftarkan untuk musim ini karena terbentur aturan financial fair play LaLiga. 

Perlu diingat, selain merelakan kepergian Messi, Barcelona sudah lebih dulu melepas sejumlah pemainnya untuk mengurangi beban keuangan yakni Jean-Clair Todibo, Junior Firpo, dan Trincao.

Krisis finansial yang dialami tim Blaugrana membuat mereka tidak mampu mengikat Messi dengan kontrak baru. Batas belanja pemain Barcelona anjlok dari 505 juta poundsterling ke 295 juta poundsterling.

Dan untuk pembatasan gaji, musim ini Barcelona hanya dibatasi dengan nilai anggaran sebesar £138 juta (Rp2,7 triliun), menurut laporan The Athletic.

Jumlah ini kurang dari seperempat batas gaji mereka musim 2019/2020 di angka £579 juta. Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi untuk sebuah klub olarahaga.

Hanya saja, kepergian Messi tidak lantas membuat Barcelona aman dari ancaman aturan pembatasan gaji. Presiden Barcelona, Joan Laporta, sempat menyatakan beban upah pemain di klub Catalunya itu masih tinggi kendati tanpa Messi.

Saat ini pemain seperti Samuel Umtiti, Miralem Pjanic, dan Philippe Coutinho masih memiliki gaji tinggi yang bisa menghambat proses pendaftaran menjelang musim baru.

Barcelona pun terancam tak bisa mendaftarkan sejumlah rekrutan terbarunya seperti Memphis Depay, Eric Garcia, dan Rey Manaj.

Bek Barcelona, Gerard Pique

Photo :
  • Twitter/@3gerardpique

Dan, di saat genting, muncullah seorang pahlawan yang rela berkorban. Adalah Gerard Pique yang rela gajinya dipotong agar Barcelona bisa mendaftarkan pemain baru untuk LaLiga musim ini.

Barcelona mengumumkan Pique telah menyetujui pengurangan upah yang sangat besar demi kepentingan tim. Hingga akhirnya, Barca bisa bernapas lega musim ini.

"Barcelona telah mendaftarkan Memphis, Eric Garcia, dan Rey Manaj untuk bermain di LaLiga. Hal ini dimungkinkan berkat persetujuan dengan Gerard Pique yang mau memotong gajinya secara substansial," bunyi pernyataan Barcelona.

"Ini artinya semua pemain tim utama bisa dipilih oleh Ronald Koeman untuk partai pembuka La Liga besok Minggu kontrak Real Sociedad," sambung pernyataan itu.

Pique memang bukan satu-satunya pemain yang mau mengorbankan gajinya dipotong demi keberlangsungan hidup timnya. Hampir semua pemain di pelosok dunia, bahkan di Indonesia gajinya dipotong akibat krisis pandemi COVID-19.

Seperti disebutkan sebelumnya di atas, pandemi COVID-19 sudah meluluhlantakkan hampir seluruh sendi kehidupan. Selain klub sepakbola, hampir semua negara sektor ekonominya terguncang.

Sadis, Real Madrid Ngamuk Usai Dua Kali Jadi Pecundang, Vinicius Junior Sampai Bikin 3 Gol

Mengambil contoh Indonesia. Keputusan pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan yang saat ini dikenal Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berdampak luas dalam proses produksi, distribusi serta kegiatan lain yang akhirnya berujung pada terganggunya kinerja perekonomian. 

Presiden Jokowi

Photo :
  • Biro Pres dan Media Istana Kepresidenan.
2 Pertandingan Kebobolan 7 Gol, Real Madrid Dibully Timnas Terburuk di Dunia

Pelemahan ekonomi akibat pandemi COVID-19 paling dirasakan oleh kelompok masyarakat kecil dan menengah. Utamanya mereka-mereka yang mencari nafkah sebagai pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi tak tinggal diam untuk mengatasi penderitaan rakyatnya. Berbagai macam bantuan disalurkan demi membantu mereka yang menjerit akibat krisis ekonomi.

Bansos Tunai, Kartu Sembako, Beras Bulog, BLT, UMKM, Diskon Tarif Listrik, adalah sebagian kecil dari banyaknya perhatian pemerintah dan bukti bahwa pemerintah hadir dalam kesulitan yang dialami masyarakat.

Tapi, perhatian pemerintah telah dirusak oleh sejumlah oknum di dalamnya. Masyarakat tentu masih ingat dan tidak akan pernah lupa. Begitu teganya, mantan Menteri Sosial Juliari Batubara mengambil keuntungan sendiri di atas penderitaan banyak orang.

Aksi tidak terpuji dan tidak berprikemanusiaan itu terkuak pada Desember 2020 lalu. Kini, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menghadapi tuntutan 11 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan.

Juliari diyakini jaksa menerima uang suap Rp32,4 miliar berkaitan dengan bansos Corona di Kemensos. Juliari juga dituntut membayar uang pengganti Rp14,5 miliar serta hak politik untuk dipilih dicabut selama 4 tahun.

Namun menariknya, Juliari yang kini terkenal di hati dan pikiran masyarakat memohon kepada majelis hakim agar membebaskan dirinya dari dakwaan dan tuntutan tersebut.

Dia mengatakan, putusan majelis hakim sangat berdampak bagi keluarganya. "Terutama anak-anak saya yang masih di bawah umur dan masih sangat membutuhkan peran saya sebagai ayah mereka," kata Juliari dalam pemberitaan VIVA, Senin, 9 Agustus 2021.

Juliari menambahkan, keluarganya tidak hanya dipermalukan tapi juga dihujat atas sesuatu yang tidak mereka mengerti. 

"Dalam benak saya hanya majelis hakim yang mulia, yang dapat mengakhiri penderitaan lahir dan batin dari keluarga saya. Badai kebencian dan hujatan akan berakhir tergantung dengan putusan dari majelis hakim Yang Mulia," kata Juliari.

Lebih jauh Juliari mengaku, dari lubuk hati yang paling dalam, dirinya sungguh menyesal telah menyusahkan banyak pihak akibat dari perkara ini. Karena itu Juliari meminta majelis hakim membebaskannya dari segala dakwaan.

Juliari memang bukan satu-satunya oknum yang tega memperkaya diri sendiri di balik ganasnya krisis akibat pandemi COVID-19. Namun yang pasti, Juliari sangat berbeda dengan sosok yang lebih dulu dibahas dalam tulisan ini yakni Gerrard Pique.

Perbedaan itu tak lain adalah di saat krisis pandemi COVID-19, Pique rela potong gaji, sementara Juliari, jangankan potong gaji, dana bansos malah dikorupsi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya