Cuitan Lengkap Mesut Oezil soal Muslim Uighur yang Sempat Heboh
- twitter.com/Arsenal
VIVA – Hingga kini, Mesut Oezil tak mendapatkan tempat dalam skuad Arsenal. Pemain asal Jerman ini tak masuk dalam daftar pemain The Gunners di Premier League dan Liga Europa.
Memang, manajer Arsenal, Mikel Arteta mulai mempertimbangkan untuk menurunkan Oezil. Namun, mantan pemain Real Madrid tersebut masih harus menunggu hingga Januari 2021 saat pendaftaran pemain kembali dibuka.
Spekulasi menyebut, jika tercoretnya Oezil ada kaitannya dengan kritikan keras sang pemain soal muslim Uighur pada Desember 2019 silam. Dia dengan lantang mengkritisi sikap Pemerintah China terhadap Muslim Uighur di kawasan Xianjiang.
Baca juga: Komentar Keras Muslim Uighur dan Terbuangnya Mesut Oezil di Arsenal
Tak lama setelah pernyataan Oezil tersebut, Arsenal sempat memberikan klarifikasi. Intinya, mereka tak mau melibatkan diri dalam politik dan menyesalkan sikap Oezil. Hal inilah yang membuat banyak yang berpikir jika dicoretnya Oezil ada hubungannya dengan komentar sang pemain soal muslim Uighur.
"Mengenai komentar yang dibuat Mesut Oezil di media sosial, Arsenal harus membuat pernyataan yang jelas. Konten yang dipublikasikan adalah pendapat pribadi Oezil. Sebagai klub sepakbola, Arsenal selalu berpegang pada prinsip tidak melibatkan diri pada politik," demikian bunyi pernyataan Arsenal.
Lantas seperti apa komentar lengkap Oezil mengenai Muslim Uighur? Oezil menulisnya dalam bahasa Turki dan ini terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Oh Turkistan Timur!
Umat yang terluka berdarah. Komunitas pejuang yang menolak penindasan. Orang-orang beriman yang berjuang sendiri melawan mereka yang memaksa keluar dari Islam. Al Quran dibakar, masjid-masjid ditutup, sekolah madrasah dilarang, para sarjana Muslim dibunuh satu per satu.
Saudara-saudaraku dipaksa masuk ke dalam kamp. Pria China dimasukkan ke dalam keluarga (Uighur). Saudari-saudariku dipaksa menikah dengan pria-pria China.
Baca juga: Diam-diam China Bangun 260 Kamp Konsentrasi untuk Tahan Muslim Uighur
Namun, umat Muhammad hanya diam, tidak menyatakan keberatan apapun. Umat muslim lain tidak mendukung. Tidakkah mereka tahu bahwa membiarkan penindasan adalah bentuk dari penindasan itu sendiri? Betapa indahnya kalimat Hadrah Ali: "Jika kamu tidak bisa mencegah penindasan, maka publikasikanlah penindasan itu!"
Saat peristiwa ini (penindasan ethis Uighur) menjadi agenda bahkan di media Barat selama beberapa pekan dan bulan, di mana suara negara-negara Muslim dan media mereka?
Tidakkah mereka tahu bahwa bersikap netral saat penindasan terjadi adalah penghinaan? Tidakkah mereka tahu bahwa saudara-saudari kita (Uighur) akan mengingat kesedihan ini beberapa tahun kemudian sebagai bukan dari akibat tirani, tetapi akibat sikap diam kita, saudara Muslim mereka?
Ya Allah, tolonglah saudara-saudariku di Turkistan Timur.
Tak diragukan, Allah adalah sebaik-baiknya perencana.
-Mesut Oezil