The Legendary: Tragedi Escobar dan Tradisi Tembak Mati Timnas Kolombia
VIVA – 2 Juli 1994 di sebuah klub malam di Madelin, Kolombia, tiba-tiba mencekam. Suara tembakan meletus dibarengi dengan teriakan 'gooll' membombardir tubuh bek sekaligus kapten Timnas Kolombia, Andres Escobar. Tubuhnya ditembus enam peluru dari pistol kaliber 0,38.
Escobar malam itu menghabiskan waktu bersama tiga orang rekannya. Ketika malam mau berganti pagi, Escoba dan rekannya memutuskan pulang.Â
Saat ia berpisah dengan rekannya menuju rumah, sekelompok orang menghampirinya. Tanpa basa-basi, mereka mengarahkan senjata ke arah Escobar lalu menembaknya sebanyak 12 kali.
Bukan cuma kata 'gooll' yang diteriakan penembak. Mereka juga berteriak "Thanks for the own-goal, hijueputa!" yang berarti terima kasih atas gol bunuh dirimu, anak pelacur.Â
Setelah menyelesaikan tugasnya, komplotan penembak kabur. Escobar kemudian dilarikan ke rumah sakit. Namun, dia tak tertolong dan menghembuskan nafas terakhirnya 40 menit setelah penembakan itu.
Ada alasan yang membuat Escobar meregang nyawa dengan tragis. Malapetaka dimulai pada 22 Juni 1994 saat Kolombia melakoni laga kontra Amerika Serikat di fase grup Piala Dunia.
Escobar membuat Amerika unggul 1-0 usai mencetak gol bunuh diri di menit 35. Gol itu membuat anak asuh Bora Milutinovic semakin percaya diri dan mampu mencetak gol kedua pada menit 52 lewat gol Earnie Stewart.Â
Kolombia sempat bangkit. Namun, gol Adolfo Valencia datang di menit ke-90, atau beberapa menit lagi pertandingan akan berakhir. Kekalahan itu menjadi penyebab gagalnya Kolombia melangkah ke fase berikutnya.
Kolombia akhirnya benar-benar tersingkir meski menang atas Swiss di partai terakhir, setelah Rumania mengandaskan AS.
Kegagalan itu sungguh mengejutkan. Pasalnya, sebelum tampil di Piala Dunia 1994, Kolombia cuma sekali kalah dari 26 pertandingan. Ketika itu, Kolombia juga menghabisi raksasa Argentina 5-0 di fase kualifikasi Piala Dunia Grup A Amerika Selatan.
Kegagalan Kolombia dan gol bunuh diri Escobar diduga sebagai balasan dari penembakan itu. Kematian Escobar membuat Kolombia gempar, diperkirakan 100 ribu orang menghadiri pemakamannya.Â
Sebelum meregang nyawa, Escobar sempat menulis pesan terakhir di El Tiempo, sebuah surat kabar di Ibu Kota Kolombia, Bogota. Pesan itu ia tulis tak lama setelah kegagalan total Kolombia di Piala Dunia 1994.
"Hidup tak berhenti di sini. Kita harus terus berjalan. Hidup tak boleh berhenti di sini. Tak peduli seberapa sulit, kita harus bangkit. Kita cuma punya dua pilihan: membiarkan kemarahan melumpuhkan kita dan kekerasan berlanjut, atau kita menaklukkannya dan mencoba yang terbaik untuk membantu orang lain." tulis Escobar, dikutip Sport Casting.
"Itu pilihan kita. Mari kita menjaga rasa hormat. Salam terhangatku untuk semuanya. Ini sudah menjadi pengalaman yang paling menakjubkan dan langka. Kita akan berjumpa lagi segera, karena hidup tak berhenti di sini," demikian pernyataan Escobar.
Namun pada kenyataanya, Escobar tak pernah kembali dan berjumpa lagi dengan masyarakat Kolombia. Tubuhnya terbujur kaku di dalam peti mati yang diselimuti bendera negara tercinta.
Sesal di Balik Kematian Escobar
Mantan gelandang Kolombia di Piala Dunia 1994, Carlos Valderrama menyesalkan kematian rekannya, Escobar. Dia menyayangkan Escobar yang tak mengikuti anjuran ofisial tim.
Sebelumnya, Escobar diminta untuk tidak langsung pulang ke negara mereka usai kegagalan tersebut. Pasalnya, sempat tersiar kabar bahwa bakal ada teror di Kolombia menyusul kekalahan memalukan itu.
"Tak pernah terjadi sebelumnya di belahan bumi manapun kejadian seperti ini karena hasil pertandingan. Itu momen yang menyedihkan. Ofisial tim menyarankan agar kami tidak langsung pulang dan tinggal sementara di Amerika Serikat," kata Valderrama, dikutip El Universo.
"Saya memilih bertahan, Kemudian ketika saya berada di pesawat untuk pulang kami mendengar kabar kejadian mengerikan itu Berita penembakan itu juga sempat disiarkan oleh pramugari," sambungnya.
Tembak Mati seperti Tradisi
Penembakan kepada pemain sepakbola sepertinya bukan hal yang asing, bahkan bisa disebut sebagai tradisi yang mengerikan. Setelah kematian Escobar, teror penembakan masih dapat dirasakan oleh pesepakbola Kolombia.
Seperti yang dialami bek tim Deportivo Cali, Juan Quintero. Usut punya usut, penembakan itu timnya gagal melangkah ke playoff divisi satu Liga Kolombia.
Untungnya, Quintero tak bernasib sama dengan Escobar. Dia berhasil lolos dari aksi penembakan yang terjadi pada 12 November 2018.
Kejadian mencekam itu terjadi saat Quintero sedang mengemudikan mobilnya lalu diadang seorang tak dikenal sambil mengarahkan senjata kepadanya. Quintero mampu lolos setelah memacu kendaraanya habis-habisan.Â
"Mereka menambak dengan cepat, kemudian saya tancap gas Terima kasih Tuhan saya selamat tanpa cedera, demikian juga saudara saya. Sulit dipahami, sepakbola hanya sebuah permainan," kata Quintero, dikutip Channel News Asia.
Lain cerita dengan bek Kolombia William Tesillo. Kegagalanya mengeksekusi tendangan dalam babak adu penalti pada perempat final Copa Amerika 2019 melawan Chile berbuntut panjang.
Tesillo dan istrinya mendapatkan ancaman penembakan lewat media sosial. Tesillo adalah satu-satunya penendang Kolombia yang gagal di adu penalti dan membuat Kolombia kalah 4-5.
Yang mengerikan, dalam ancaman itu mengaitkan kematian Escobar.  Istri Tesillo , Daniela Mejia, mengatakan, ancaman itu bukan hanya sekali. Bahkan, ia mengibaratkan membutuhkan waktu sehari untuk mem-publish ancaman-ancaman tersebut.
Tesillo pun membenarkan adanya ancaman tersebut. Untungnya, peristiwa brutal yang dialami Escobar tak benar-benar terjadi. Tesillo sampai saat ini masih bisa menikmati bermain sepakbola.
"Ya itu benar. Mereka menulis ancaman untuk istri saya. Mereka melakukan hal yang sama kepada saya," kata pemain Club Leon itu kepada El Pais.
Baca Juga:
Ketika Hati Ronaldo Disentuh Alquran sampai Hafal Al Fatihah
Aneh, Mike Tyson Mendadak Culun Saat Dipecundangi Deontay Wilder
Tragis, 13 Tahun Korban Mayweather Tak Bisa Tidur karena Dicurangi