Aksi Berkelas Liverpool Kampanye Anti Rasis, Dukung George Floyd

Aksi para pemain Liverpool dukung George Floyd
Sumber :
  • Twitter/@JamesMilner

VIVA – Kasus tewasnya George Floyd terus mengundang simpati dari sektor sepakbola. Liverpool baru-baru ini, melayangkan penghormatan kepada Floyd yang tewas akibat perlakuan kasar seorang polisi Amerika Serikat, Derek Chauvin.

Juergen Klopp Resmi Gabung Red Bull

Para pemain Liverpool, berlutut dan melancarkan kampanye "Black Lives Matter" untuk mengenang Floyd. Mereka membentuk lingkaran saat berlatih di Anfield, sebagai ekspresi kutukan terhadap aksi Chauvin.

Pun, setiap pemain Liverpool mengunggah foto tersebut, disertai dengan caption "Persatuan adalah kekuatan #BlackLivesMatter."

Klub Utama Elkan Baggott Ipswich Town Datangkan Gelandang Manchester City

Trent Alexander-Arnold, Joe Gomez, Virgil van Dijk, dan James Milner, jadi pemain Liverpool yang paling kencang suaranya dalam aksi ini.

Bukan hanya di Anfield, kawasan Stanley Park, taman yang memisahkan Anfield dan Goodison Park, kandang Everton, juga dipenuhi mural dukungan untuk Floyd.

Dipinjamkan ke Blackpool FC, Elkan Baggott Dilatih Mantan Asisten Steven Gerrard

Mural dukungan untuk George Floyd di Stanley Park, Liverpool

Memang, Chauvin bertindak kasar dalam upaya penangkapan Floyd. Usai diketahui menggunakan uang palsu pecahan US$20 di sebuah minimarket kawasan Minneapolis, Floyd diringkus Chauvin.

Cara Chauvin menangkap Floyd begitu kejam. Dia mengunci leher Floyd dengan lututnya. Lebih dari delapan menit, Floyd dikunci. Sempat ada rintihan dan teriakan yang dikeluarkan Floyd, "Saya tidak bisa bernapas."

Tapi, Chauvin tak peduli. Dia malah bertindak rasis. Hingga akhirnya, Floyd meninggal.

Atas tindakannya, Chauvin didakwa dengan kasus pembunuhan tingkat ketiga dan penganiayaan.

Kasus Floyd merupakan satu dari tiga pembunuhan keji kaum Afro-Amerika di Negeri Paman Sam oleh para petugas keamanan. Ahmaud Arbery dan Beronna Taylor jadi dua korban rasisme paling tragis di Amerika, sebelum Floyd.

Arbery ditembak mati oleh mantan polisi, karena dikira perampok. Sementara, Taylor, yang merupakan tim teknisi medis darurat, meregang nyawa saat rumahnya digeledah dalam razia narkotika.

Baca juga:

Klausul Selipan Inter, Bikin Icardi Jadi Pemain Anti-Juventus

Pochettino Ikuti Langkah Guardiola, Mau Gabung Tim Auto-Juara

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya