Mengulas Cara Kerja Mafia Sepakbola dalam Kasus Pengaturan Skor
- Aljazeera.com
VIVA – Kasus pengaturan skor menjadi hantu dalam industri sepakbola. Tak cuma Indonesia, pengaturan skor juga mewabah di berbagai belahan dunia.
Kompetisi sekelas Serie A hingga Liga Champions saja terjangkit dengan penyakit akut tersebut. Masih segar dalam ingatan bagaimana kasus Calciopoli terkuak.
Dalam kasus tersebut, pengaturan tak cuma meliputi skor pertandingan. Namun, juga soal manajemen laga, mulai dari penunjukkan wasit dan lainnya.
Calciopoli akhirnya menjerat Juventus. Mereka terdegradasi ke Serie B dan membuat sepakbola Italia tercoreng.
Liga Champions juga sempat dihebohkan dengan kasus pengaturan skor. Itu terjadi di 2009, dan sifatnya masif.
Ada tiga laga yang dicurigai tercemar pengaturan skor. Semua berasal dari fase kualifikasi. Ditotal, dengan Liga Europa, ada tujuh pertandingan aneh yang diinvestigasi dan melibatkan tiga wasit serta satu orang dalam UEFA. Kasus tersebut diyakini menjadi yang terbesar dalam pengaturan skor di sepakbola Eropa.
Terbaru, kompetisi LaLiga diguncang pengaturan skor massal. Beberapa orang ditangkap. Yang mengejutkan, mantan pemain Real Madrid era Los Galacticos, Raul Bravo, menjadi kepala dalam operasi pengaturan skor LaLiga di musim 2018/19.
Lantas, bagaimana cara mafia bekerja dalam praktik pengaturan skor?
Agen pengaturan skor umumnya tak bersentuhan langsung dengan klub yang jadi incaran. Mereka biasanya menghubungi orang dalam klub, seperti staf, pejabat, mantan pemain, hingga kitman.
Intinya adalah, agen ingin mendapatkan akses lewat mereka untuk bisa masuk ke ruang ganti. Jika dirasa sulit, maka agen akan langsung bersentuhan dengan tim yang jadi targetnya.
Biasanya, agen akan menentukan target berdasarkan tiga posisi pemain. Yakni, kapten tim, bek tengah, hingga kiper. Tiga pemain ini adalah yang paling sering didekati oleh sang agen.
Dilansir Marca, nantinya agen akan bernegosiasi dengan targetnya, berapa kisaran uang yang harus dibayarkan. Pun, pembayaran tak langsung dilunasi.
Ada dua termin, sebelum laga sebagai uang muka dan setelah pertandingan. Skema ini umum dilakukan agen pengaturan skor sebagai garansi tujuan mereka tercapai.
"Sebagai langkah antisipasi, kami sebenarnya selalu mendatangi semua ruang ganti di kompetisi segala level. Kami sudah memberikan sosialisasi terkait apa yang boleh diterima dan tidak. Pun, sudah ada arahan bagaimana mereka harus bersikap dalam menghadapi tawaran seperti itu," kata anggota Departemen Integritas LaLiga, Inaki Arbea.
Bagaimana Cara Deteksi Pengaturan Skor?
Teknologi pendeteksi dini pengaturan skor saat ini sudah mulai berkembang. Hanya saja, di Indonesia masih belum diterapkan.
Isu pengaturan skor di Indonesia masih seperti kasus setan, sulit untuk dilihat kasat mata. Tapi, praktiknya memang nyata.
Namun, di negara yang sepakbolanya sudah maju, seperti Spanyol, mendeteksi pengaturan skor mudah caranya.
Mereka mengandalkan software yang sudah dibangun sendiri, bernama TYCHE. Ini adalah software yang mendeteksi anomali dalam sebuah pertandingan dengan memeriksa perkembangan dalam bursa taruhan.
Ada insikator 0 hingga 5 yang menjadi level dalam keanehan pertandingan. Kebetulan, pertandingan Huesca versus Gimnastic de Tarragona berkutat di indikator 4 dan 5. Artinya, pertandingan itu memang terindikasi pengaturan skor.
Data ini nantinya diteruskan ke polisi. Pihak polisi lah yang akan menganalisis, dengan didampingi LaLiga, serta RFEF untuk mengevaluasi informasi, bukti, dan laporan terkait pengaturan skor.