7 Pemain Enggak Ngapa-ngapain di Juventus, tapi Bersinar Usai Pindah
VIVA – Sejumlah pemain yang pernah berseragam Juventus adalah nama-nama paling terkenal di dunia sepakbola. Dari Italia, ada nama seperti Antonio Conte hingga Andrea Pirlo hingga legenda Eropa seperti Pavel Nedved atau Zinedine Zidane.
Namun, Si Nyonya Tua juga membuat kesalahan yang tidak dapat disangkal ketika mantan pemain mendatangkan pemain, baik di zaman modern maupun di masa lalu. Mereka membiarkan beberapa pemain pergi terlalu dini dan menyaksikan pemain tersebut bersinar di klub barunya.
Berikut adalah tujuh pemain yang enggak ngapa-ngapain di Juventus, tapi bersinar di klub lain, seperti dikutip Planet Football:
1. Michael Laudrup
Laudrup mungkin adalah gelandang terbaik di generasinya. Dan, Juventus-lah yang pertama kali melihat potensinya di klub Denmark, Brondby. Si Nyonya Tua akhirnya mengontrak Laudrup pada tahun 1983.
Namun, Juventus mengontrak Laudrup ketika Italia masih menerapkan aturan ketat bahwa sebuah klub hanya bisa mendaftarkan dua pemain asing. Saat itu, Juventus sudah mengisi kuota dua pemain asing sehingga Laudrup pun dipinjamkan ke Lazio selama dua tahun.
Ketika kembali, Laudrup sempat menunjukkan penampilan yang mengesankan, tapi tidak cukup bagi klub asal Turin tersebut. Laudrup pun akhirnya pergi ke Barcelona pada tahun 1989, di mana dia berhasil tampil lebih bagus.
Laudrup mampu menjadi gelandang hebat di bawah asuhan Johan Cryuff. Meskipun, Laudrup tidak pernah meraih gelar Piala Champions, tapi penampilannya mendapatkan pujian dari mereka yang pernah bekerja sama.
"Ketika Michael bermain, itu seperti mimpi, ilusi ajaib dan tidak ada seorang pun di dunia yang bisa mendekati levelnya," kata Cruyff.
Setelah menjalani masa-masa sulit di Juventus, Kulusevski mulai menunjukkan performa terbaiknya selama lebih dari dua bulan bersama Tottenham Hotspur.
Kulusevski tidak begitu disukai oleh pelatih Juventus saat ini, Massimiliano Allegri sebelum bergabung ke Tottenham pada Januari 2022 dengan status pinjaman selama 18 bulan.
Pemain berusia 21 tahun itu telah menjadi angin segar bagi Tottenham. Dia membuktikan dirinya sebagai salah satu pemain inti di skuad The Lilywhites di bawah asuhan Antonio Conte.
Kulusevski juga menjalin kemitraan yang menarik dengan Harry Kane dan Son Heung-min sehingga berhasil membantu Tottenham untuk saat ini berada di zona Liga Champions pada klasemen sementara Premier League 2021/22.
3. Joao Cancelo
Mungkin sangat menyakitkan bagi penggemar Juventus untuk melihat Cancelo sebagai salah satu bek kanan terbaik di dunia. Selain itu, Cancelo juga bisa dibilang sebagai salah satu bek kiri terbaik di dunia, karena tampil sama baiknya di ManCity saat main di kanan atau di kiri.
"Saya merasa sebagai pemain yang lebih lengkap sekarang ini, baik secara teknis maupun taktis," kata Cancelo kepada situs resmi Manchester City tentang keberadaannya di klub.
"Posisi favorit saya adalah bek kanan, tetapi saya selalu suka serba bisa dan melakukan hal yang berbeda di lapangan. Saya pikir seorang pemain dengan keterampilan seperti saya dapat bermain di lebih dari satu posisi dan itu juga membantu jika diperlukan," ujarnya.
Jadi, mengapa Juventus membiarkan dia pergi ke ManCity setelah hanya satu musim di Turin?
Menurut laporan, Juventus mencap Cancelo sebagai seorang yang naif terhadap taktis. Makanya, Si Nyonya Tua pun menjual Cancelo ke manajer yang paling terobsesi secara taktis di dunia dan di bawah asuhannya, dia akhirnya berkembang.
4. Cristian Romero
Ini adalah sedikit bisnis yang mengerikan dari Juventus, yang mengontrak Romero dengan harga 30 juta poundsterling dan menjualnya ke Atalanta dengan harga sekitar 15 juta poundsterling pada musim lalu.
Romero tidak pernah diberi kesempatan di Juventus. Didatangkan pada tahun 2019 setelah musim debut yang mengesankan bersama Genoa, dia dipinjamkan kembali ke klub lamanya dan kemudian dipinjamkan lagi ke Atalanta di musim berikutnya.
Dia pun segera direkrut oleh tim asuhan Gian Piero Gasperini itu setelah masa peminjamannya. Romero tidak bermain sama sekali di Juventus dan mungkin saja tidak menghabiskan waktu yang banyak di Turin, kecuali saat dia tampil bertandang ke Allianz Stadium.
Romero pun tidak pernah berstatus sebagai permanen di Atalanta. Dia segera bergabung dengan Tottenham Hotspur yang memboyongnya dengan status pinjaman, tapi ada opsi pembelian permanen.
Opsi tersebut pastinya akan diaktifkan oleh Antonio Conte. Apalagi, Conte telah menggambarkan pemain asal Argentina itu sebagai sosok yang sempurna.
Menjadi salah satu legenda Premier League, sulit dipercaya bahwa Henry gagal total saat berkiprah di Juventus.
Didatangkan dari AS Monaco dengan bayaran besar 10,5 juta poundsterling pada tahun 1999, Henry tiba di Turin dengan reputasi mentereng dengan status wonderkid. Dia baru saja meraih penghargaan Pemain Muda Terbaik Prancis 1996 dan membawa Prancis juara Piala Dunia 1998 yang digelar negaranya.
Namun, dalam waktu kurang dari enam bulan, Henry berubah dari pemain pemenang Piala Dunia menjadi pesakitan. Kinerjanya sebagai penyerang sayap amat tidak konsisten.
Setelah gagal meyakinkan pelatih Juventus, Carlo Ancelotti, Henry dijual ke Arsenal enam bulan setelah bertugas di Turin. Ia kembali bereuni dengan mentornya di Monaco, Arsene Wenger.
Akrab dengan potensinya, Wenger mengubah Henry dari pemain sayap menjadi striker. Dan seperti diketahui bersama Arsenal, Henry menjelma menjadi salah pemain paling tajam yang pernah ada di dalam sejarah Premier League.
Tidak banyak pemain dalam sejarah yang berhasil mencetak gol kemenangan di final Liga Champions. Namun, Coman berhasil melakukannya saat membawa Bayern Munich akhirnya meraih trofi Liga Champions pada tahun 2020.
Ada rumor sebelum gol itu yang menyatakan bahwa Coman akan meninggakan FC Hollywood, tapi secara mengejutkan dia akhirnya bertahan setelah mencetak gol kemenangan melawan Paris Saint-Germain untuk membawa Bayern meraih titel Liga Champions. Dan tahun ini, dia memperpanjang kontraknya hingga 2027.
Coman telah berkembang menjadi pemain hebat di PSG, tetapi raksasa Ligue 1 itu membiarkannya pergi ke Juventus, di mana dia diperkirakan akan bersinar. Akan tetapi, kesabaran Juventus menipis terhadapnya, karena Coman hanya bertahan semusim saja.
Dia akhirnya pindah ke Bayern dengan status pinjaman selama dua tahun dan kemudian dipermanenkan. Menurut Fabio Capello, kisah tentang Coman di Turin membuktikan bahwa Juventus ditakdirkan untuk mengulangi kesalahan masa lalu.
"Ternyata, Juventus terus mengulangi kesalahan yang sama. Henry tiba begitu muda di Juventus, mereka membiarkannya pergi dan kemudian dia berkembang di Arsenal," kata Capello kepada Sky Italia.
"Coman mengikuti jalan yang sama sekarang di Munich. Ketika Anda melihat kualitas, Anda harus memiliki kesabaran untuk menunggu."
"Anda tidak bisa mengharapkan seorang pemain muda untuk segera menjadi protagonis di level tertinggi," jelas Capello.
7. Rodrigo Bentacur
Seperti Romero dan Kulusevski, Bentacur adalah mantan pemain Juventus yang kini merumput di Tottenham.
Ini adalah satu lagi yang tampaknya membingungkan dari persepektif Juventus. Pasalnya, Si Nyonya Tua tidak memiliki lini tengah yang begitu kokoh sehingga mengapa mereka menjual salah satu pemain utama di posisi itu?
Biayanya mungkin tidak diungkapkan, tapi kemungkinan tidak terlalu besar sehingga Juventus terpaksa untuk menjualnya.
Pemain asal Uruguay itu adalah sosok yang terbaru dalam upaya Fabio Paratici mengubah Tottenham menjadi 'Juventus' di era Conte. Romero, Kulusevski, dan Bentacur semuanya bergabung pada musim ini.
Jika Paulo Dybala benar-benar bergabung dengan Tottenham pada musim panas mendatang, bukan tidak mungkin mereka akan meluncurkan jersey ketiga dengan motif bergaris hitam-putih.