Sikap Tegas Ten Hag kepada Ronaldo Sudah Tepat
- AP Photo/Dave Thompson
Jakarta, VIVA – Pada akhir 2022, Erik ten Hag sebagai manajer Manchester United bersikap tegas kepada Cristiano Ronaldo. Akhirnya kedua belah pihak saling berselisih dan berujung perpisahan.
Erik ten Hag sebagai manajer merasa perlu bersikap keras terhadap Cristiano Ronaldo. Meski statusnya megabintang, tapi sikap pemain berjuluk CR7 di lapangan menurut ten Hag telah mengganggu tim.
Ronaldo sering sekali marah-marah di atas lapangan. Dia kemudian jadi cadangan, dan ketika akan dimainkan malah menolak. Tak mau berlarut, akhirnya juru taktik asal Belanda bersikap tegas.
Dia memilih untuk mengandalkan pemain lain ketimbang Ronaldo. Marah akan situasi tersebut, sang pemain kemudian meluapkan amarah ke publik dan akhirnya hijrah ke Al Nassr di Arab Saudi.
Pelatih Timnas Jamaika, Steve McLaren menganggap sikap keras ten Hag terhadap Ronaldo itu sudah tepat. Kebetulan ketika itu dia merupakan salah satu staf di Setan Merah, sehingga tahu betul apa yang terjadi.
“Saya tidak bisa menyalahkan pendekatannya (Ten Hag)," kata Steve McLaren kepada Telegraph.
“Dia benar-benar menanganinya dengan sangat baik. Saya katakan saat itu dia orang yang tepat untuk menggantikannya. Itu terlihat dari caranya menangani (kepergian Cristiano) Ronaldo," imbuhnya.
Meski itu musim pertama ten Hag sebagai manajer, tapi menurut McLaren, kedatangannya diikuti dengan standar yang sudah ditetapkan. Dia tak mau mengubah apa yang menjadi landasan dalam memimpin tim cuma karena seorang peman.
"(Ten Hag) datang dengan standar yang ditetapkan. Aturan yang ditetapkan. Cara bermain yang ditetapkan. Dan jika Anda tidak berlari, Anda tidak bermain. Dia kaku dalam hal itu. Seperti halnya orang Belanda. Dia tahu itulah yang dibutuhkan. Tidak boleh ada fleksibilitas, tidak ada cara bagi para pemain untuk bermanuver (keluar dari tanggung jawab itu)," tuturnya.
"Inilah yang harus Anda lakukan – atau Anda tidak akan bermain. Dan dia menghadapi Ronaldo, dan itu benar. Manajer lain telah mencoba beradaptasi. Erik merasa tidak perlu melakukan itu. (Ralf) Rangnick telah mencoba dan itu tidak berhasil dan Ole (Gunnar Solskjaer) juga sama. Jadi (Ten Hag) berpegang teguh pada prinsipnya dan mengembangkan pemain lain," tambahnya.
"Itulah hal yang penting. Dia tidak takut memasukkan pemain muda. Pada kejadian seperti keterlambatan untuk rapat (itu) terdokumentasi dengan baik, yang terjadi di Wolves, (ketika Marcus Rashford) terlambat satu atau dua menit untuk rapat pada hari pertandingan. Dia (Ten Hag) mencadangkannya. Memang dia memainkannya (Rashford) dan dia mencetak gol kemenangan."
"Hal-hal seperti itu penting. Disiplin penting. Standar penting. Perilaku penting. Semua orang tahu itu tentang United. Itulah yang dia (Ten Hag) bawa. Beberapa orang tidak suka itu – itu normal – tetapi dia tidak pernah goyah. Itulah kekuatannya.”