MU Nyaris Diterpa Musibah, Hojlund Ungkap Karirenya Mau DIhancurkan Pemain San Marino
- ap
VIVA – Di tengah masa sulit pada awal musim, Manchester United hampir diterpa kabar buruk terkait penyerang andalannya, Rasmus Hojlund.
Sang pemain mendapatkan tekel berbahaya ketika memperkuat Timnas Denmark melawan San Marino pada kualifikasi Euro 2024.
Dalam laga tersebut, dua pemain Manchester United Christian Eriksen dan Rasmus Hojlund keduanya menjadi starter untuk negara Skandinavia. Hojlund membuka keunggulan sebelum San Marino menyamakan kedudukan pada menit ke-61.
Yussuf Poulsen menjadi pahlawan Denmark dengan mencetak gol kemenangan sembilan menit kemudian, namun Hojlund menjadi tidak senang dengan hasil pertandingan karena aksi kasar pemain lawan di akhir pertandingan.
“Duel terakhir tidak ada hubungannya dengan sepak bola. Pada akhirnya menjadi sebuah hal yang menggelikan. Duel seperti itu tidak boleh hanya menghasilkan kartu kuning. Kartu merah langsung jika Anda bertanya kepada saya," kata Hojlund.
Setelah melewatkan awal musim Premier League karena masalah punggung, kekhawatiran Hojlund akan terulangnya cedera yang lebih parah terlihat jelas.
"Saya merasa mereka mengincar saya, seperti yang bisa Anda lihat di bagian akhir. Saya paham bahasa Italia dan saya bisa mendengar mereka mengatakan bahwa mereka mempunyai ide untuk menghancurkan saya," kata Hojlund.
"Saya pikir tidak sopan kalau mereka memukul dan merobek. Saya tidak bisa berkata banyak selain itu menurut saya merekalah yang memulai, dan kemudian permainan pun berlanjut.
"Mereka membawanya ke level yang lebih buruk, karena tidak ada ruginya. Mereka berpikir: 'Baiklah, sebaiknya kita mencoba menghancurkan karier'."
Namun, bek San Marino, Alessandro Tosi, menampik klaim Hojlund, dan menyatakan bahwa sikap diam pemain depan Denmark tersebut saat selebrasi golnya tidak banyak meredakan ketegangan.
“Itu tidak benar,” jawab Tosi. “Kami hanya mengatakan kepadanya bahwa dia tidak berperilaku baik. Apa yang dia lakukan tidak perlu. Dia adalah striker yang sangat kuat, tapi dia tidak adil sama sekali.
"Saya belum sepenuhnya kehilangan rasa hormat terhadapnya, namun kami mengharapkan perilaku yang lebih baik. Perilakunya saat melakukan selebrasi tidak bisa diterima."