Bos Chelsea, Roman Abramovich Diusir dari Inggris
- telegraph.co.uk
VIVA – Akibat konflik Rusia-Ukraina, pemilik klub Chelsea Roman Abramovich dilarang memiliki Chelsea dan rumahnya harus di sita, hal itu disampaikan langsung oleh Anggota Parlemen Inggris Chris Bryant. Jumat 25 Februari 2022.
Abramovich telah memiliki Chelsea sejak 2003 dan memimpin periode paling sukses dalam sejarah klub, memenangkan banyak trofi termasuk Liga Champions dua kali tetapi jarang terlihat di Stamford Bridge saat ini.
Tidak ada bukti yang nyata bahwa Abramovich terkait dalam tindakan terorisme atau keterlibatan dalam konflik Rusia-Ukraina yang langsung dipimpin oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Hal ini pun mengundang banyak tanggapan, salah satunya dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengkonfirmasi Abrahamovich belum menjadi subjek tindakan yang ditargetkan, setelah secara keliru memberi tahu rumahnya telah disita oleh pemerintah.
Saat membaca laporan ini, Bryant mengatakan kepada Commons pada hari Kamis Mengikuti beberapa laporan di The Sun dan surat kabar lain hari ini, saya mendapat dokumen bocor dari 2019 dari Home Office.
"Oleh karena itu HMG fokus untuk memastikan individu yang terkait dengan keuangan gelap dan aktivitas memfitnah tidak dapat menempatkan diri mereka di Inggris dan akan menggunakan alat yang relevan yang tersedia termasuk kekuatan imigrasi untuk mencegah hal ini," ujar Bryant seperti dikutip dari Mirror.
“Itu hampir tiga tahun yang lalu, namun sangat sedikit yang telah dilakukan sehubungan dengan itu. Tentunya Abramovich seharusnya tidak lagi dapat memiliki klub sepak bola di negara di Inggris," tambahnya.
"Tentunya kita harus penyitaan beberapa asetnya, termasuk rumahnya senilai hampir 3 Triliun? Dan memastikan bahwa orang lain yang memiliki visa tingkat satu seperti ini tidak terlibat dalam aktivitas memfitnah di Inggris."
Belasan anggota parlemen telah menyerukan sanksi berat untuk dijatuhkan pada Rusia, dengan Bryant ingin membekukan aset semua warga negara Rusia atau ganda yang merupakan orang-orang yang berkepentingan, sesuai dengan tweetnya pada Kamis sore.
Johnson menjanjikan sanksi besar-besaran dalam pidato terbarunya pada Kamis sore, meskipun tidak jelas seberapa jauh anggota parlemen akan melangkah pada tahap ini untuk menjatuh sanksi.