Sedih, Newcastle Batal Jadi Klub Maha Sultan
- Financial Times
VIVA – Teka-teki mengenai masa depan Newcastle terjawab sudah. Klub dengan julukan The Magpies ini gagal menjadi klub kaya raya menyusul batalnya konsorsium Arab Saudi mengakuisisi klub tersebut. Mereka adalah perusahaan pengelola dana kekayaan Arab Saudi PIF, PCP Capital Partners dan Reuben Brothers.
Konsorsium Arab Saudi menyebut beberapa hal yang menjadi alasan batalnya kerjasama ini. Mulai dari proses yang rumit hingga kondisi tidak stabil karena pandemi corona COVID-19.
"Dengan segala hormat, kepada klub Newcastle dan komunitas sepakbola, kami telah mengambil keputusan untuk membatalkan mengakuisisi klub. Penyesalan datang sebab kami awalnya kami berkomitmen untuk berinvestasi di Newcastle dan percaya bisa mengembalikan klub ke masa kejayaan," tulis pernyataan Konsorsium Arab Saudi, dilansir The Sun.Â
"Tapi pada akhirnya, dengan proses panjang dan kami mengakhiri dan memutuskan hal ini. Terutama tidak adanya kejelasan mengenai keadaan pasti untuk musim berikutnya karena dunia dalam kondisi sulit akibat pandemi COVID-19," lanjut pernyataan tersebut.
Baca juga:Â Bukti Baru yang Bisa Bikin Newcastle Gagal Jadi Klub Maha Sultan
Sebelumnya, kedua pihak dikabarkan sepakat untuk bekerja sama dimana pangeran Arab Saudi, Mohamed Bin Salman mengambil alih The Magpies senilai 300 juta poundsterling.Â
Bahkan proses ini hampir dipastikan terealisasi karena sudah ada Downpayment kepada pemilik klub, Mike Ashley. Tapi kendala datang.Â
Kerjasama ini mendapat penolakan dari beberapa pihak, yang paling kencang dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang menemukan bukti baru dalam keterlibatan Kerajaan Arab Saudi terkait pembajakan siaran Premier League dan LaLiga. Bukti-bukti itu didapatkan WTO usai menggelar investigasi independen terkait adanya dugaan keterlibatan Kerajaan Arab Saudi dalam pembajakan siaran dua kompetisi terbaik di Eropa itu.
WTO menilai Arab Saudi punya peran langsung dalam aksi pembajakan yang dilakukan oleh perusahaan media beoutQ. Dari aksi pembajakan yang dilakukan oleh beoutQ, disebutkan WTO, kerugian besar dialami oleh FIFA, UEFA, dan FA.
Selain itu, ada juga dari Amnesti Internasional, yang menyebut adanya pelanggaran HAM di Arab Saudi yang bisa membuat citra Premier League tercoreng.Â