Proyek Raksasa Newcastle di Balik Bayangan Kejahatan Perang
VIVA – Proses akuisisi kepemilikan Newcastle United dari Mike Ashley ke konsorsium Arab Saudi yang melibatkan Pangeran Mohammed bin Salman, memicu kontroversi. Publik menilai, proses akuisisi Newcastle hanya langkah dari Pangeran Salman untuk menutupi kejahatan perang yang dilakukannya.
Kredibilitas Pangeran Salman memang sedang disorot. Dia dinilai sebagai salah satu dalang dari meledaknya perang di Yaman.
Tak cuma itu, Pangeran Salman juga diduga menjadi biang keladi dari banyaknya aktivis kemanusiaan yang dipenjara di Arab Saudi.
Salah seorang aktivis, Andrew Smith, curiga proses pembelian Newcastle hanya dijadikan alat propaganda oleh Pangeran Salman. Smith khawatir Newcastle akan menjadi agen dalam penyampaian ide-ide diktator Pangeran Salman.
"Klub sepakbola masih harus menjadi komunitas atau institusi yang semestinya. Mereka sebaiknya menciptakan rekam jejak positif. Semua tak harus dinilai dengan uang," kata Smith dilansir Daily Mirror.
"Pesan ini dikirim untuk tokoh yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban dalam beberapa periode belakangan, Mohammed bin Salman di Arab Saudi dan Yaman," lanjutnya.
Sebenarnya bukan cuma Smith yang bersuara. Amnesti Internasional sempat menyoroti proses akuisisi Newcastle yang melibatkan Pangeran Salman.
Meski dipimpin oleh Amanda Staveley dalam prosesnya, keterlibatan Pangeran Salman dalam akuisisi Newcastle tak bisa ditutupi.