Penyesalan Terbesar Legenda MU Paul Scholes Dalam Karier Sepakbolanya

Mantan bintang MU Paul Scholes
Sumber :
  • zimbio

VIVA – Legenda Manchester United, Paul Scholes, baru-baru ini mengungkapkan penyesalan terbesar dalam karier sepakbolanya. Dia mengaku terlalu cepat mengakhiri karier bersama Timnas Inggris.

Loyalitas Saka kepada Timnas Inggris Diragukan, Arteta Kasih Pembelaan

Scholes merupakan pemain akademi MU yang memulai debutnya di tim senior pada musim 1994/1995. Dia merupakan One-club Man lantaran tak pernah meninggalkan Old Trafford semasa kariernya selama 19 tahun.

Konsistensinya di klub membuat Timnas Inggris pun meliriknya sebagai pemain sejak 1997. Bersama The Three Lions, dia mencicipi Piala Dunia 1998, Piala Eropa 2000, Piala Dunia 2002, dan Piala Eropa 2004.

Thomas Tuchel Pelatih Timnas Inggris, Kritik Pedas Mengiringi

Sayangnya, Scholes memilih pensiun usai Piala Eropa 2004, di mana Inggris disingkirkan Portugal di babak perempat final. Padahal, usianya saat itu baru 29 tahun dan sedang matang-matangnya sebagai pesepakbola.

Keluarga menjadi alasan utama Scholes memilih pensiun. Dia menampik dugaan memilih pensiun karena tak senang dengan posisi yang diberikan manajer The Three Lions kala itu, Sven-Goran Eriksson.

Bek Liverpool Amat Buruk dalam Bertahan

"Waktu itu saya memiliki keluarga baru dan pergi jauh dari Inggris untuk 10 hari, terkadang enam pekan di musim panas sangatlah tak ideal dan saya tak menikmatinya," kata pria 45 tahun dikutip The Sun.

"Saya tahu mengapa Eriksson memainkan saya sebagai gelandang kiri tapi itu bukanlah masalah," lanjutnya,

Kini, pria asal Inggris itu mengaku sangat menyesali keputusannya yang memilih pensiun dini dari Timnas.

"Itu adalah keputusan pribadi. Tentu saya menyesal meninggalkan Inggris begitu cepat," jelas dia.

Sebenarnya, Scholes memiliki kesempatan untuk kembali mengenakan kostum Timnas Inggris pada Piala Dunia 2010. Dia mengungkapkan, manajer Inggris kala itu, Fabio Capello, memintanya kembali.

Namun, dia sadar banyak pemain yang lebih muda dan memiliki stamina lebih baik. Akhirnya, dia memilih mengabaikan panggilan tersebut.

"Saya tergoda untuk kembali (ke Timnas). Apalagi setelah mendengar beberapa bisikan. Tapi, hanya satu yang benar-benar resmi," ucap Scholes.

"Itu sebelum Piala Dunia di Afrika Selatan. Capello menginginkan saya kembali. Saya menerima telepon dari Stuart Pierce sebagai stafnya. Setelah beberapa hari berpikir, saya merasa sudah cukup dan akan menjadi kesalahan kalau saya kembali karena saya tak pernah terlibat dari kualifikasi," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya