Konflik Persebaya dengan Pemkot Surabaya Kian Runcing
- VIVA/Ikhwan Yanuar
VIVA – Terjadi konflik antara manajemen Persebaya Surabaya, dengan Pemerintah Kota Surabaya. Mereka merasa, tak mendapatkan dukungan Pemkot, lantaran kesulitan untuk menggelar berbagai kegiatan di sejumlah tempat.
Manajemen Persebaya Surabaya mengadu ke DPRD, terkait situasi yang dialami. Di depan anggota DPRD, Persebaya mengeluhkan sikap Pemkot yang sulit memberikan izin terkait pemakaian sejumlah sarana olahraga, mulai dari Stadion Gelora Bung Tomo, Wisma Persebaya, hingga lapangan Karanganyam.
"Kami bawa nama Surabaya. Tapi, selama main di Surabaya, seperti jadi orang asing. Sebagai ikon Surabaya, kami ingin diterima seutuhnya," kata manajer Persebaya, Chairul Basalamah.
Chairul menegaskan, manajemen siap jika nantinya pihak Pemkot memungut uang sewa kepada Persebaya terkait penggunaan berbagai fasilitas olahraga yang ada.
Konflik antara Persebaya dan Pemkot Surabaya dimulai saat laga uji coba melawan PSS Sleman, 9 Desember 2017.
Dalam pertandingan tersebut, Persebaya merasa dikerjai oleh Pemkot. Awalnya, mereka mendapat izin dari Pemkot untuk menjadikan areal sirkuit di Stadion GBT sebagai wilayah parkir.
Beberapa jam sebelum laga, areal sirkuit justru ditutup dan kendaraan penonton serta official tim tak bisa diparkir di sana. Alhasil, wilayah parkir dialihkan ke jalan sekitar Stadion GBT dan membuat kemacetan parah.
"Pemkot jangan persulit izin saat Persebaya yang mengajukan. Mereka itu kebanggaan Surabaya. Pemkot jangan takut rusak. Fasilitas dibangun dengan uang rakyat. Kalau ada apa-apa, memangnya mau Dispora tanggung jawab," ujar Ketua DPRD Kota Surabaya, Armuji.
Di sisi lain, Kadispora Surabaya, Afghany Wardhana, mengklaim pihaknya tak pernah menyulitkan Persebaya. "Siapa pun yang mau sewa, tinggal ajukan surat permohonan ke Dispora," ujar Afghany.