Kenakan Baju Hitam, Suporter Bali United Kritik Liga 1
- Twitter/@BaliUtd
VIVA – Ada yang menarik pada laga antara Bali Untied dan Persegres Gresik United, Minggu 12 September 2017. Ini akan menjadi laga terakhir kedua tim di Liga 1.
Tak seperti biasanya, mayoritas suporter Bali United yang biasanya mengenakan jersey kebanggaan mereka, kali ini mereka bakal mengenakan baju hitam.
Aksi berbaju hitam itu rupanya sebagai aksi kritik suporter Bali United terhadap Liga 1. Seperti diketahui, Bali United kalah bersaing dengan Bhayangkara FC dalam perebutan gelar juara.
Bhayangkara FC 'diuntungkan' oleh keputusan Liga 1 yang memberikan mereka kemenangan WO (walk out) saat menghadapi Mitra Kukar.
Nyoman Suharta, pentolan salah satu elemen suporter Bali United bernama Brigaz menjelaskan, aksi berbaju hitam itu merupakan kesekapatan seluruh elemen suporter yang selama ini mendukung Bali United.
Suharta mengaku seluruh elemen suporter mulai dari Sementon Dewata, Brigaz Bali, Buldog Bali, Curva Sud Bali United, Black East Famiglia dan North Side Boys telah sepakat mengenakan baju warna hitam pada laga pekan terakhir.
“Ini kesepakatan kami seluruh elemen suporter. Dengan mengenakan baju warna hitam kami ingin menunjukkan aksi untuk matinya fair play di Liga 1,” kata Suharta di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Minggu 12 November 2017.
Di sisi lain, Pelatih Bali United, Widodo Cahyono Putro mengapresiasi langkah para suporter. “Saya apresiasi terhadap suporter yang pakai baju hitam-hitam,” ujarnya.
Hanya saja, Widodo melanjutkan, pemain Bali United tetap menggunakan jersey berwarna merah meski mereka memiliki jersey berwarna hitam. Widodo tak ingin pemain terus berlarut-larut dalam kesedihan.
“Pemain tetap pakai jersey warna merah. Pemain tidak boleh bersedih larut-larut. Kita harus menatap Paiala AFC ke depan,” ucap Widodo.
Kendati begitu, bukan berarti tim Bali United tak merasakan kesedihan seperti yang dirasakan suporter mereka. “Tapi bukan berarti kita tidak ikut sedih. Kami yang paling pertama sedih," katanya.
"Bagaimana kita bermain di Makassar taruhannya nyawa. Lemparannya bukan botol plastik lagi, tapi kursi, besi dilempar. Kita juga turut prihatin, tapi pemain harus bangkit. Harus all out, kerja keras untuk ke depannya,” tuturnya.