Liga 2, Potensi Kompetisi yang Sangat Kompleks

Pertandingan Liga 2
Sumber :
  • http://liga-indonesia.id/

VIVA.co.id – Liga 2 2017 boleh jadi kompetisi sepakbola terbesar dan terluas saat ini. Liga 2 2017 diikuti 61 klub yang tersebar dari ujung bagian barat Banda Aceh (Persiraja) hingga ujung paling timur Papua di Yakuhimo (Yakuhimo FC) dan Pegunungan Bintang (Persigubin). Mereka dibagi delapan grup.

Dari sisi jarak saja, Liga 2 2017 sudah menguras energi dan banyak faktor lain. Sebut saja jarak dari Aceh ke Jayapura. Jauhnya setara dengan dari Aceh menuju Arab Saudi. Kompleksitas menata kompetisi kasta kedua ini memang luar biasa. 

Archipelago atau negeri kepulauan adalah anugerah tersendiri bagi Indonesia. Tapi, dalam konteks sepakbola, memutar sebuah kompetisi menjadi persoalan tersendiri. Dibutuhkan waktu, biaya, tenaga, ketekunan, kerapian, pengetahuan, kedisiplinan, kerja sama serba ekstra. 

Begitu pun dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa. Anekdot yang lazim, biasanya nyinyir seperti ini, “Mencari 11 pemain saja dari 250 juta penduduk susahnya minta ampun”. 

Jumlah penduduk yang seabrek memang terlihat sebagai modal atau keuntungan. Tapi, sesungguhnya penduduk yang banyak dan geografis yang begitu luas, belum tentu segaris dengan kemajuan sepakbolanya. 

Uruguay misalnya. Negara kecil Amerika Latin itu hanya berpenduduk 4 juta jiwa. Prestasi sepakbola mereka mendunia.

Di Piala Dunia 2010, Uruguay menempati peringkat tiga. Luis Suarez, bintang mereka yang berkarier di klub hebat Barcelona, tampil menawan.

Jadi, sepakbola bukanlah semata mencari 11 pemain. Jumlah sesuai regulasi daftar susunan pemain (DSP) harus 18 pemain. Biasanya klub mengisi skuatnya dengan 23 pemain inti (tiga penjaga gawang dan 20 pemain lapangan).

Cara PSSI Perbaiki Kualitas Liga 1 dan Liga 2

Belum lagi pelatih dan ofisialnya. Pertanyaan mendasar, pesepakbola harus dilatih dan dibentuk bukan tiba-tiba langsung jadi. 

Sungguh kompleks dan membutuhkan proses panjang. Karenanya, setop sudah penyederhanaan terhadap tinjauan sepakbola dengan menyebut hanya urusan mencari 11 dari 250 juta jiwa.

Jelang Putaran Kedua Liga 2, Persiraja Uji Coba dengan Klub Liga Super Malaysia

Sepakbola adalah urusan kualitas. Dan, kualitas yang baik muncul dari pengelolaan yang baik pula. Maka, menata kompetisi yang ideal bagi 61 klub kontestan Liga 2 2017 adalah persoalan sekaligus beban tersendiri bagi PSSI dan operator Liga. 

Dari sudut  pandang sepakbola, ke-61 klub itu pun terbagi lagi ke dalam beberapa kategori. Aspek sporting dan infrastruktur ke-61 klub itu beragam dalam range yang lebar. Belum lagi konsekuensi biaya tinggi transportasi-akomodasi. Sulit dibayangkan jika ke-61 klub itu hanya dibagi dua wilayah.

PSMS Medan Keok Dikandang Persiraja

Kebijakan drastis pun ditempuh PSSI di bawah kendali Edy Rahmayadi. Dari 61 klub kontestan Liga 2 2017, PSSI bakal mendegradasikan 37 di antaranya.

Penerapan asas sporting merit (promosi degradasi) ini tidak lazim. Mungkin inilah yang pertama dan satu-satunya di dunia: 37 klub sekaligus didegradasikan dalam satu musim kompetisi.   

Dengan pendekatan yang tegas dan keras, Liga 2 2018 hanya diikuti 24 klub. Jumlah ini dianggap proporsional mewakili wilayah Indonesia yang begitu luas. Jumlah 24 klub itu sama dengan jumlah kontestan kompetisi kasta kedua Liga Inggris (Championship League). 

Dengan jumlah 24 klub, sangat mungkin kontestan komposisi tersebar merata dari ujung barat Sumatera hingga ujung timur Papua. Artinya, risiko biaya tetap tinggi bagi setiap kontestan Liga 2 2018. Total 46 laga bakal dijalani setiap klub.

Dalam konteks itu semua, wajar saja jika Liga 2 2017 masih minim kualitas. Juga rentan timbul ekses negatif yang tidak diharapkan.

Dengan regulasi pemain U-25 dan hanya menyisakan lima tempat bagi pemain senior 25-35 tahun ke atas, kualitas permainan Liga 2 2017 pun jomplang dengan Liga 1 2017. Diperparah dengan kualitas lapangan yang belum semua mumpuni

Karena hanya 24 dari 61 klub yang bertahan di Liga 2 2018 dengan tiga teratas promosi ke Liga 1 2018, persaingan menjadi sangat ketat. Segala cara sangat mungkin dilakukan, termasuk gangguan terhadap integritas sepakbola (football integrity) dalam bentuk match fixing (pengaturan skor). 

Indikasi ke arah itu mulai terlihat dengan banyaknya protes terhadap kepemimpinan wasit. Bahkan, kepemimpinan wasit yang keluar dari jalur Laws of the Game sudah berekses dengan timbulnya kekerasan di lapangan. 

Frustrasi memuncak, perilaku tidak sportif merebak. Terjadilah pemukulan, sikutan sampai tendangan fatal ke arah kepala. Itu dilakukan Gerald Pangkali (757 Kepri FC) terhadap Defri Riski. Juga dilakukan kiper Sragen United Andi Setiawan yang menyebabkan striker Persis Solo Dedi Cahyono pingsan.

Desakan bakal ada 37 klub terdegradasi di Liga 2 2017 bisa jadi peluang yang dimanfaatkan oknum tertentu buat merusak sepakbola lewat match fixing.

Lalu, adakah sisi positif dari kebijakan drastis Liga 2 2018 hanya diikuti 24 klub?

Tentu saja ada. Kerja operator Liga bisa lebih tertata dan lebih berpeluang menjual sisi bisnis Liga 2 2018 yang hanya diikuti 24 klub. Model satu wilayah atau dua wilayah dengan 24 klub diyakini lebih laku dijual kepada sponsor dan televisi partner.

Pengamat Sepakbola: Bung Towel

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya