PSM Masih Kesal Jadi Korban 'PHP' Maitimo
- VIVA.co.id/Muhammad Yasir
VIVA.co.id – PSM Makassar masih belum bisa melupakan kasus transfer Raphael Maitimo. Mereka mengaku masih kecewa ditinggalkan oleh Maitimo begitu saja.
Seperti diketahui, Maitimo sebelumnya sempat menyatakan sepakat membela PSM pada kompetisi Liga 1 musim depan. Tapi, belakangan Maitimo justru menghilang dari kamp.
Dia tak ikut pemusatan latihan di Bali. Tak ada kabar dari Maitimo, hingga akhirnya, PSM memutuskan untuk memutus kontraknya.
"Pemain profesional seharusnya tak bersikap seperti itu. Seharusnya, kalau tak main main lagi untuk PSM, sampaikan dengan tata cara yang baik dan benar. Apalagi, manajemen telah mengontrak dia," kata Direktur Umum PT PSM Makassar, Irsal Ohorella.
Irsal menyatakan masalah Maitimo sebenarnya baru diketahui lewat media. Menurutnya, cara gelandang naturalisasi tersebut pergi sangat tidak sopan.
"Ini yang kami tidak suka. Kalau mau pergi silakan pergi tapi semua ada aturannya," ucap pria yang akrab disapa Ical tersebut.
"PSM Makassar bukan klub di mana pemain mau keluar, tinggal pamit dan minta maaf saja. Apalagi permintaan pamit dan maaf hanya melalui aplikasi WhatssApp dan media sosial saja, sepertinya tidak beradab," lanjutnya.
Irsal menyatakan, Maitimo sebenarnya bisa datang menemui manajemen untuk membicarakan keluh kesahnya sebelum memutuskan hengkang. Cara tersebut, diungkapkan Irsal, lebih baik dan sopan.
Bukan korban pertama
PSM bukan tim pertama yang menjadi korban PHP pemain. Di bursa transfer musim ini, Rudolof Yanto Basna sempat membuat manajemen Arema FC kesal.
Yanto sempat sepakat untuk berseragam Arema. Tapi, saat ingin meresmikan kontraknya, dia tak kunjung datang. Tiba-tiba, Yanto merapat ke Sriwijaya.
Jauh sebelum Arema, Persija Jakarta juga sempat mengalaminya. Masih lekat dalam ingatan ketika Persija ingin mendatangkan pemain naturalisasi Singapura, Agu Casmir.
Pada 2005 lalu, Casmir sempat merapat ke Persija. Sudah menandatangani kontrak, Casmir justru kabur dan menghilang dari apartemennya di kawasan Kuningan. Jejak Casmir baru terlacak setelah dia menandatangani kontrak bersama salah satu klub asal Rusia.
Akibatnya, Casmir harus membayar denda sebagai hukuman wanprestasi atas ulahnya tersebut.
"Saat pertemuan Club Licensing di Jakarta, beberapa klub meminta ke PSSI melalui Direktur Transfer dan Status PSSI, Marco Gracia Paulo, untuk memfasilitasi pertemuan antara klub dengan APPI (Asosiasi Pemain Profesional Indonesia), karena sudah sering terjadi pemain diam-diam pergi ke klub lain. Padahal, masih dalam ikatan kontrak dengan salah satu klub, dengan berbagai alasan yang tidak jelas," terang Irsal.