Pembatasan Usia Liga Indonesia, Regenerasi atau PHK Massal

Penyerang Pusamania Borneo FC, Lerby Eliandry
Sumber :

VIVA.co.id – Wacana aturan pembatasan usia pemain di segala level kompetisi yang diterapkan PSSI dalam kompetisi Liga Super Indonesia musim 2017 terus menuai reaksi. Beberapa pihak setuju, tapi tak sedikit yang menolak aturan ini.

2.086 Personel Gabungan Dikerahkan Amankan Laga Indonesia Vs Filipina

Mayoritas pemain merasa aturan ini terlalu keras. Mereka menganggap peraturan pembatasan usia bisa membunuh karier pemain lebih awal.

Aturan pembatasan usia di level ISL nantinya bakal mengharuskan setiap klub hanya boleh memakai pemain di atas 35 tahun sebanyak dua orang. Lalu, di pentas Divisi Utama, ada isu beredar bahwa maksimal usia pemain adalah 25 tahun.

Dinilai Egois, Gaji Marselino Ferdinand Bisa Beli 14 Unit Avanza

Rumor yang berkembang terkait aturan di Divisi Utama dibantah dengan tegas oleh anggota Komite Eksekutif PSSI, Gusti Randa. Kepada VIVA.co.id, Selasa 17 Januari 2017, Gusti menyatakan, aturan di Divisi Utama tak sekeras itu.

"Hanya lima pemain yang usia 25 tahun. Bukan seluruhnya maksimal 25 tahun," tutur Gusti.

Momen Tegang dan Panik Saat Bus Pawai Timnas U-22 Masuk Terowongan Semanggi

Wacana pembatasan usia di segala level kompetisi, muncul lantaran adanya dua agenda besar pada 2017 hingga 2018, SEA Games serta Asian Games. Menurut Gusti, aturan ini harus cepat dilakukan agar Indonesia mendapatkan hasil terbaik di dua ajang multievent tersebut.

"PSSI ini dihadapkan dengan dua pekerjaan rumah besar, yaitu SEA Games dan Asian Games. Setelah Piala AFF, kami melihat persaingan di Asia Tenggara untuk sepakbola ini cukup ketat sekali. Dan setiap negara melakukan regenerasi," ujar Gusti.

Ditinjau lebih jauh, memang ada dampak positif dan negatifnya.

Efek negatifnya adalah banyak pemain yang harus pensiun dini akibat aturan tersebut. Tapi, di sisi lain, PSSI bakal mendapatkan banyak pemain muda berbakat.

Selama ini, Indonesia memang mengalami krisis dalam beberapa sektor. Striker contohnya.

Kegemaran klub menggunakan jasa striker asing dan gaek, membuat Indonesia sempat kesulitan mencari pemain depan berkualitas. Tak banyak striker muda bertalenta yang muncul.

Jika ada, mereka hanya menjadi cadangan di klub. Itu terbukti dalam ajang Torabika Soccer Championship beberapa waktu lalu.

Striker yang sempat bersinar bersama Timnas Indonesia U-19, Muchlis Hadi Ning Syaifulloh saja, cuma menjadi cadangan di PSM Makassar. Tim pelatih PSM lebih gemar memainkan striker asing hingga yang lebih senior.

Lerby Eliandry dan Dendi Sulistyawan adalah segelintir striker muda yang mampu berkembang di ajang TSC beberapa waktu lalu.

Selanjutnya: Ingin Tiru Jerman?

Aturan pembatasan usia sebenarnya ingin meniru apa yang diterapkan beberapa negara di Eropa, salah satunya Jerman. Sejak awal 2003, Federasi Sepakbola Jerman, DFB, menerapkan program investasi pemain muda di 366 area.

Mereka melatih pemain senior serta akademisi agar bisa menjadi pelatih yang berkualitas. Nantinya, para pelatih ini bertugas mengasah kemampuan olah bola para pemain muda di level akademi.

Kaitannya dengan kompetisi, DFB dan Bundesliga bekerja sama, meramu aturan yang tepat dalam penggunaan pemain muda.

Bundesliga memang tak menerapkan aturan ketat dalam penggunaan pemain muda di kasta tertinggi. Tapi, pada kasta kedua, ada aturan yang mengikat mengenai penggunaan pemain muda.

Setiap klub diharuskan memiliki delapan pemain muda dari akademi setiap klub Jerman. Dan sebanyak empat pemain muda, harus berstatuskan produk asli.

Nah, pola seperti ini yang sebenarnya ingin ditiru PSSI dan operator kompetisi. Tapi, apakah sudah tepat formulanya?

"Tentu, sebuah regulasi tak mungkin mengakomodasi semua pihak. Pasti, ada efeknya. Itu harus terukur. Tujuannya sekarang untuk negara, Merah Putih. Tak sejajar jika harus diperbandingkan dengan individu," kata Gusti.

"Kami ingin mendorong kepada kawan-kawan pemain yang usia 35 tahun ke atas demi mendapatkan lisensi pelatih. Mereka bisa menjadi pelatih tim Divisi Utama dan Liga Nusantara, yang ujungnya kami punya stok pelatih lokal banyak," ujar dia.

Regulasi pembatasan usia hingga kini sebenarnya belum disahkan. Klub-klub masih meminta waktu untuk memikirkan wacana tersebut.

Aturan ini nantinya kembali dibahas PSSI dalam rapat Exco yang digelar pada Senin 23 Januari 2017. Dalam rapat tersebut, PSSI akan mendengar masukan dari semua pihak terkait penerapan regulasi ini.

"Pastinya, saat kami lempar wacana ini di kongres, banyak masukan dari berbagai pihak. Yang harus digarisbawahi adalah, tujuannya demi prestasi negara," ujar Gusti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya