Alasan Jacksen F Tiago Ogah Latih Klub Lagi
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id – Nama Jacksen Tiago, sebelumnya jadi salah satu yang digadang akan mengisi posisi pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 Filipina-Myanmar. Namun, PSSI nyatanya justru kembali menunjuk Alfred Riedl untuk menakhodai Tim Garuda senior di ajang tersebut.
Sepak terjang Jacksen di dunia sepakbola Indonesia memang sudah tak perlu diragukan lagi. Saat masih aktif bermain, Jacksen sempat membawa Persebaya Surabaya jadi kampiun Liga Indonesia musim 1996/1997.
Kemudian, setelah gantung sepatu, Jacksen yang melanjutkan karier sebagai pelatih, sukses membawa Persipura Jayapura tiga kali juara Liga Indonesia, musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2012/2013.
Dengan sederet pengetahuan dan prestasi yang dimilikinya, jelas banyak pihak yang menginginkannya jadi pelatih Timnas Indonesia. Terlebih, status Jacksen bersama klub Malaysia, Penang FA, tak jelas.
Sayang, nama Jacksen justru tak diperhitungkan untuk menduduki posisi pelatih Timnas Indonesia oleh PSSI. PSSI akhirnya memilih Riedl kembali untuk jabatan tersebut, padahal sempat pula memanggil Nilmaizar dan Rahmad Darmawan.
Menurut Jacksen, dia memang masih belum punya keinginan untuk kembali melatih tim profesional. Ia yang kembali ditunjuk untuk melatih Tim Aqua Danone Nation Cup Indonesia, lebih memilih membagi ilmunya buat anak-anak.
"Ini tahun kedua saya. Alasan saya menolak beberapa tawaran melatih dari berbagai klub adalah karena saya ingin bersama anak-anak," ujar Jacksen, Kamis 21 Juli 2016.
"Alasannya, saya tidak menemukan kebahagiaan dan kepuasan batin. Saya biasa main bola di depan rumah. Kami terus tertawa tanpa memikirkan perasaan susah. Jadi, menurut saya, itu yang tidak ada di tim atau klub senior," kata Jacksen.
Saat ditanya awak media soal sosok Riedl, Jacksen lebih memilih untuk tidak berkomentar. Menurut dia, mengomentari pelatih lain adalah hal yang tidak etis. Jacksen hanya mengatakan jika Riedl adalah sosok yang punya kapabilitas.
"Saya ini masih pelatih sepakbola, bukan komentator. Tugas saya, ya melatih, bukan mengomentari pelatih yang lain. Menurut saya itu tidak etis," ujar Jacksen.