Mengupas Kemasan ISC 2016
Rabu, 13 April 2016 - 04:01 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
- Kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC) bakal digelar mulai 29 April 2016 nanti. Menarik untuk disimak, bagaimana kemasan ISC nanti.
Beberapa terobosan diambil oleh PT Gelora Trisula Semesta (GTS) dalam penyelenggaraan ISC. Salah satunya adalah penerapan dari budgeting cap di ISC nanti.
Aturan tersebut diberlakukan demi menekan angka pengeluaran klub. Diharapkan, lewat aturan ini, klub-klub peserta bisa mengendalikan pengeluaran mereka dan menekan resiko terjadinya tunggakan gaji.
Tak cuma itu, GTS juga memberikan terobosan dalam sistem penjadwalan. Jadwal laga kandang sekali dan tandang sekali bakal diberlakukan di ISC nanti.
Dengan demikian, seluruh klub akan menempuh jarak 687 ribu kilometer perjalanan dalam satu musim. Asumsinya, perjalanan tandang ke Surabaya menjadi yang terpendek dari masing-masing klub dengan jarak hingga 25 ribu kilometer. Dan perjalanan ke Jayapura serta Serui adalah yang terjauh.
"Kami menunggu tanggapan klub soal jadwal hingga 15 April 2016. Dengan demikian, kami bisa melaporkannya ke media partner," kata Direktur Utama GTS, Joko Driyono.
"Penerapan jadwal laga kandang dan tandang yang tidak berpasangan, memang ada imbasnya dalam pengeluaran klub. Namun, langkah yang kami ambil adalah untuk kepentingan komersial dari seluruh klub," lanjutnya.
Terkait hak komersial, setiap klub nantinya mendapat subsidi dari GTS sebesar Rp5 miliar. Sedangkan, pembagian hak siar berdasarkan rating dari televisi.
Joko menyatakan, seburuk-buruknya rating di televisi, klub bisa mendapatkan uang sekitar Rp1,5 miliar. Jadi, maksimal klub bisa memperoleh Rp10 miliar, termasuk hadiah juara ISC.
24 Wasit dan Pelatih Lisensi A AFC
Pria asal Ngawi tersebut menjelaskan gaji wasit dibayarkan dengan hitungan bulan, bukan per pertandingan. Untuk bulan pertama, nilai kontrak wasit akan dipukul sama rata.
Setelahnya, wasit-wasit mengalami perubahan gaji sesuai dengan grade masing-masing. "Jadi, grade ini untuk mengukur performa wasit di atas lapangan," ujar Joko.
Bergeser ke pelatih. GTS menerapkan standar pelatih dengan lisensi A AFC untuk bisa menangani klub yang berlaga di ISC A. Jadi, bisa dipastikan kualitas pelatih di ISC A terjamin.
Lalu, klub-klub bisa memakai 28 pemain dalam satu musim. Catatannya, tiga dari 28 pemain tersebut merupakan penggawa dari tim U-21.
"Mereka boleh tidak dipakai, asalkan didaftarkan. Itu kewenangan dari klub masing-masing," kata Joko.
Terkait pemain asing, GTS tetap memberikan empat slot kepada masing-masing klub. Alokasinya adalah tiga pemain non Asia (bebas) dan satu lainnya harus berasal dari Asia.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Setelahnya, wasit-wasit mengalami perubahan gaji sesuai dengan grade masing-masing. "Jadi, grade ini untuk mengukur performa wasit di atas lapangan," ujar Joko.